Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keunikan Sekaten, Tradisi Memperingati Maulid Nabi Muhammad...

Kompas.com - 19/11/2018, 16:25 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Berawal dari situ, akhirnya sistem perayaan ini sampai dua Kerajaan pecahan Mataram Islam, Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Sekaten pada esensinya merupakan rangkaian acara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada rangkaian acara ini, biasanya diadakan pasar malam selama satu bulan dengan acara puncaknya diadakan Grebeg Maulid Nabi dengan kirab gunungan.

Harian Kompas 23 April 2003 menjelaskan, Sekaten pada awalnya merupakan upacara yang berwujud pertunjukan kesenian Jawa-Islam serta dakwah yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta.

Kesenian yang ditampilkan antara lain selawatan, samprohan, dan berjanjen yang diiringi gamelan, rebana, jedor, genjreng, dan terbang.

Upacara itu digelar selama satu minggu dengan ditandai keluarnya gamelan dari Keraton untuk dibunyikan di Masjid Agung. Mengingat upacara ini suci dan sakral, pengunjung yang hendak melihat disyaratkan mencuci kaki dan membaca kalimat syahadat.

Pada Keraton Surakarta, gamelan Sekaten itu terdiri dari dua perangkat, yakni Gamelan Kiai Guntur Madu dan Gamelan Kiai Guntur Sari. Kedua gamelan pusaka mulai diangkut dari Kori Kamandungan Lor Keraton Surakarta.

Gamelan dipindahkan menuju Masjid Agung dengan cara dipikul dan diarak. Puluhan abdi dalem keraton, putra maupun putri turut serta mendampingi pemindahan gamelan dengan mengenakan pakaian tradisional Jawa.

Ketika sampai tengah alun-alun, rombongan berbelok ke arah barat menuju jalan yang mengarah ke Masjid Agung. Ketika sampai halaman masjid, iring-iringan gamelan dibagi menjadi dua.

Gamelan Kiai Guntur Madu dibawa ke sebelah selatan, sementara Gamelan Kiai Guntur Sari dibawa ke sebelah utara. Keduanya ditempatkan di sebuah ruangan bernama Bangsal Pradonggo.

Sedangkan pada Keraton Yogyakarta, terdapat keunikan gamelan milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang bernama Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Naga Wilaga. Gamelan tersebut akan diarak dari Bangsal Pancaniti ke Masjid Gedhe untuk kemudian ditabuh selama tujuh hari.

Puncak acara

Puncak rangkaian upacara tradisional Sekaten adalah tanggal 12 Rabiul Awal, tepat pada hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ditandai upacara Grebeg Muludan.

Grebeg ini merupakan sedekah yang dilakukan oleh pihak Keraton kepada masyarakat berupa gunungan yang berisi hasil bumi yang tersusun melingar. Akhirnya, setiap orang yang hadir akan berebut hasil bumi.

Masyarakat percaya, kalau mereka mendapatkan hasil bumi akan terbebas dari segala macam bencana dan malapetaka.

Sampai saat ini, Sekaten masih dilaksakan dan dilestarikan oleh Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com