Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggaran Habis, BPBD Gunungkidul Ajukan Darurat Kekeringan

Kompas.com - 01/11/2018, 13:59 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi


YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul, Yogyakarta, kehabisan anggaran untuk melakukan droping air.

BPBD segera mengajukan surat status tanggap darurat kekeringan ke Bupati untuk segera ditindaklanjuti.

"Anggaran kami terbagi menjadi beberapa item, untuk beli air sendiri, untuk perawatan kendaraan dan BBM (Bahan Bakar Minyak). Untuk anggaran BBM sudah habis, sehingga 2 dari 6 mobil tangki kami terpaksa dikandangkan menunggu anggaran status tanggap darurat kekeringan," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Edy Basuki saat ditemui di Kantornya, Kamis (1/11/2018)

Anggaran droping air bersih yang dikelola BPBD Gunungkidul selama 2018 sebanyak Rp 638 juta. Sampai akhir Oktober 2018, sebagian besar sudah terpakai.

Untuk tetap melakukan droping air bersih ke masyarakat, pihaknya menggunakan anggaran bantuan dari pihak ke-3, sampai anggaran darurat kekeringan disalurkan.

Edy mengakui, habisnya anggaran BBM karena meningkatnya harga solar non subsidi yang selama ini digunakan.

Pihaknya mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp 80 juta, dengan estimasi tambahan droping air sampai akhir bulan November 2018. Pengajuan ke bupati akan dilakukan pada hari Jumat (2/11/2018).

"Perkiraan anggaran tersebut bisa dilakukan untuk 20 hari kerja, kalau dihitung waktu bisa sampai tanggal 24 November,"ucapnya.

Baca juga: Dampak Kekeringan di Magetan Meluas, 5.000 Warga Kesulitan Air Bersih

"Untuk mekanisme pengajuannya Jumat kami ajukan, lalu kami susul dengan komunikasi, kami buatkan draft darurat kekeringan dan SK sudah ditandatangani bupati dana tak terduga bisa kita alihkan untuk kekeringan," jelasnya.

Edy mengakui, kondisi kekeringan di Gunungkidul menjadi yang terpanjang sejak 2 tahun terakhir, karena pada tahun lalu bulan Oktober sudah turun hujan.

Dia menambahkan, seandainya sudah turun hujan saat penetapan darurat kekeringan, hujan pada minggu pertama tetap belum bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Dari koordinasi dengan BMKG Yogyakarta, hujan baru akan turun pada minggu ke tiga bulan November," ucapnya.

Pengajuan ini mendesak dilakukan karena selain BPBD, kecamatan yang memiliki tangki air juga sudah habis. Adapun wilayah yang mengalami kesulitan air bersih ada 77 desa yang tersebar di 15 kecamatan. Jumlah warga yang terdampak juga terus mengalami penambahan, yaitu 38.937 KK atau 132.491 jiwa.

"Rata-rata dana droping air di kecamatan sudah habis,"ucapnya

Sebelumnya, Camat Girisubo Agus Sriyanto mengatakan, anggaran di kecamatan sebanyak 550 tangki sudah habis sejak beberapa waktu lalu. Sekarang, pihaknya mengandalkan bantuan dari BPBD dan swasta.

Baca juga: Bencana Kekeringan, Sembilan Kecamatan di Ponorogo Krisis Air Bersih

 

Di wilayahnya, ada 8 desa yang semuanya mengalami kekeringan cukup parah. Sebab, selama 9 bulan terakhir tidak ada hujan deras. Wilayah Girisubo memang terletak di wilayah yang termasuk yang pertama mengalami kemarau panjang.

"Total ada 82 dusun di wilayah kami, yang kesulitan air ada 62 dusun, yang tidak mengalami kekeringan karena sudah ada sambungan PDAM," ucapnya.

Upaya Mencari Sumber Air

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan, beberapa waktu lalu pihaknya sudah melakukan peninjauan di beberapa titik sumber air bersih. Salah satunya di dusun Blado, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari. Pihaknya akan melaporkan ke satuan kerja (satker) DIY dan Bupati Gunungkidul terkait hal ini.

"Infonya memang dari satker sudah kesini tetapi memang harus ada permintaan dari kabupaten," ucapnya.

Dia memperkirakan, anggaran untuk menaikkan air bersih dari sumber di Dusun Blado sekitar Rp 2 miliar.

Untuk rencana jangka pendek, akan dilakukan pemanfaatan darurat genset dan perpipaan disediakan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU). Air hanya dinaikkan sampai mulut gua, dari kedalaman sekitar 750 meter.

"Jangka panjangnya akan dilakukan pengambilan air bersih secara bagus dan dilakukan pendistribusian ke rumah masyarakat," katanya.

Sementara, Direktur PDAM Tirta Handayani Isnawan Febrianto mengakui ada 3 kecamatan yang beberapa pekan terakhir mengalami kendala yakni di kawasan timur, Kecamatan Rongkop dan Tepus. Sementara, untuk sisi barat di kawasan Kecamatan Panggang.

Selain sumber air bersih jauh dan minim debitnya, juga diperparah dengan seringnya pemadaman listrik di beberapa titik.

"Konsumsi air bersih selama bulan kemarau meningkat, sementara sumber kami juga terbatas," katanya.

Untuk wilayah kawasan timur, ada 2 sumber yang saat ini menjadi tumpuan, yakni Wilayu 1 dan 2. Kawasan tengah gua Bribin dan Seropan, Selatan dan barat diambil dari sumber Baron dan Ngobaran.

"Tahun depan Balai Besar Wilayah Serayu Opak (BBWSO) kemungkinan akan menambah satu sumur di sekitar sumber wilayu. Untuk Bribin akan ditambah satu pompa jadi 3 pompa," ucapnya.

"Kami berupaya memberikan pelayanan selama 24 jam penuh, tetapi memang giliran. Saat giliran misalnya desa A hari ini waktunya hidup, tetapi pas ada giliran mati listrik, sehingga urutannya terganggu," ujarnya.

Kompas TV Kekeringan berdampak pada tanaman dan warga bahkan terancam menggunakan air laut untuk kebutuhan sehari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com