Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bangkai" Jembatan Kuning Diincar Warga dan 5.000 Huntara Disiapkan, Ini 5 Fakta Baru Gempa Sulteng

Kompas.com - 15/10/2018, 17:13 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

Menurut Wiranto, hunian sementara ini akan dibangun dengan material yang lebih layak. Setiap hunian sementara bisa menampung hingga 12 kepala keluarga.

"Dimana nanti dilengkapi MCK (fasilitas mandi, cuci, kakus) dengan dapur dan fasilitas rumah tangga lainnya. Ini dihitung sementara ada sekitar 1.200 lokasi," kata Wiranto.

Sementara itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, saat ini rencana pembangunan perumahan masih dalam tahapan penyusunan rencana induk.

Saat ini, tim ahli yang didatangkan dari Jepang sedang melakukan penelitian geologi demi menghindari zona rawan dan menemukan zona terbaik dalam pembangunan perumahan.

"Ini tidak bisa dibangun di tempat yang awal, yang lama. Tinggal nunggu tim Jepang yang di lapangan untuk penyelidikan geologinya. Timnya ada sudah di sana kemarin," kata Basuki.

Baca Juga: Pascabencana di Sulteng, Pemerintah Tak Akan Bangun Perumahan di Zona Rawan Likuefaksi

4. Kisah pilu keluarga Raisa asal Yogyakarta

Irvan Yusuf, salah satu relawan darii SAR Muhammadiyah, menceritakan, bagaimana dirinya bertemu dengan Raisa dan keluarganya.

"Ketika kami operasi SAR di Palu, kami mendapatkan informasi mengenai adanya warga Yogyakarta yang menjadi korban. Kami mencoba melacak ternyata ketemu di Rumah Sakit (Yayasan) Al Khairaat, (Rumah Sakit) Al Jufri, Palu. Kemudian kami menemukan Dik Raisa ini," kata Irvan.

Menurut cerita Irvan, saat gempa terjadi Raisa tengah bersama sang ayah Suryanto, sementara Wahida, ibunya sedang keluar rumah.

Raisa dan ayahnya tertimbun bangunan dan baru bisa dievakuasi oleh tim SAR pada Sabtu (29/10/2018) sekitar pukul 10.00 WIB.

"Bapaknya tertimpa beton rumah, Bapaknya kelihatannya mau menyelamatkan Raisa ini. Raisa kakinya terjepit beton, sehingga menimbulkan luka cukup parah. (lokasi ditemukan) Enggak jauh dari bapaknya," ujar Irvan.

"Terpisah dengan ibunya, bisa ketemu ibunya pada hari Senin (1/10/2018). Dan baru dioperasi (amputasi) seminggu yang lalu, mungkin karena ada pertimbangan keluarga," lanjut dia.

Berdasarkan permintaan keluarga, keduanya dibawa pulang ke Gunungkidul, DIY.

Baca Juga: Duka Raisa, Bayi Korban Gempa Palu yang Kehilangan Kaki dan Ayahnya

5. Bangkai jembatan Ponulele "dipreteli" warga

Jembatan Ponulele atau Jembatan Kuning yang ambruk oleh gempa dan tsunami. Di sisi yang berdekatan dengan Kampung Lere, bagian-bagian jembatan dicabut dan dibongkar paksa oleh sekelompok orang. KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR Jembatan Ponulele atau Jembatan Kuning yang ambruk oleh gempa dan tsunami. Di sisi yang berdekatan dengan Kampung Lere, bagian-bagian jembatan dicabut dan dibongkar paksa oleh sekelompok orang.

Rangka dan besi sisa puing Jembatan Ponulele atau biasa disebut masyarakat Palu sebagai Jembatan Kuning diambil oleh sejumlah orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com