Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga di Sigi Masih Trauma Suara Aum saat Gempa Mengguncang

Kompas.com - 15/10/2018, 14:38 WIB
Rosyid A Azhar ,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com – “Auumm dan tanah terguncang hebat sebelum berubah menjadi lumpur yang menenggelamkan kampung kami,” kata Syamsuddin, warga Jono Oge, Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

Gempa 7.4 magnitudo pada Jumat (28/9/2018) masih menghantui warga Jono Oge yang masih hidup. Auman suara berat itu datang entah dari mana dan menggema di seluruh desa.

Syamsuddin masih trauma, setiap ada suara keras ia merinding ketakutan. Ia memilih tinggal di tenda sederhana di depa rumahnya, tepat di batas kawasan yang ditenggelamkan oleh lumpur (likuefaksi).

Di tenda yang didiami Syamsuddin ini ada Mustakim (25), korban yang selamat dari mencairnya tanah di Jono Oge.

Ia masih tegar menghadapi peristiwa ini meskipun seluruh keluarganya terseret dalam lumpur dan terluka di sekujur tubuhnya.

Saat ini, keluarga Mustakim telah mengungsi ke Makassar untuk mendapatkan perawatan. Orangtua dan saudaranya mengalami luka saat ditemukan di sisi desa yang lebih rendah.

Baca juga: Kisah Anita Melahirkan Bayinya Sesaat Sebelum Gempa dan Tsunami Palu

Mustakim menceritakan, sebelum bencana dahsyat terjadi pada petang hari, ia keluar rumah. Tidak berapa jauh melangkah tiba-tiba bumi berguncang hebat. Tanah yang dipijaknya menjadi cair, rumah-rumah mulai roboh dan tenggelam.

“Dari bagian atas saya melihat kebun warga bergerak sendiri ke bawah menuju perkampungan. Kebun ini berpindah dengan tanaman yang masih berdiri,” kata Mustakim.

Perkampungan yang damai ini tiba-tiba menjadi tempat yang mengerikan. Rumah bertumbangan, tenggelam dalam lumpur dan bergerak ke arah sisi yang lebih rendah.

Suara minta tolong dan tangisan orang terdengar di seluruh penjuru dalam kegelapan, tidak ada yang bisa menolong. Semua orang berjuang dengan nasibnya sendiri. Lumpur cair ini menelan siapa saja yang masih berdiri dan menyeretnya ke bawah.

“Saya lihat banyak orang yang minta tolong dan tenggelam sebelum ada yang membantunya. Semua serba kacau,” kata Mustakim.

Mustakim mengaku bisa selamat karena merangkak di batang kelapa yang tumbang. Batang pohon ini entah dari mana asalnya. Saat bumi berguncang, pohon ini terseret mendekatinya. Ia lalu memanfaatkan batang kelapa yang panjang ini untuk menjangkau bagian yang tidak ikut mencair.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com