Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayi Mungil Itu Terlepas dari Pelukan Dalam Gulungan Gelombang Tsunami

Kompas.com - 10/10/2018, 12:53 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

“Mereka berdua, Kim dan Israel sering berbicara bahasa Inggris, saya tidak mengerti,” ujar Mawar.

Ayah Israel lalu menggendong Kim menuju rumah sakit Undata lama, Mawar menggandeng Israel.

“Beliau sempat tanya nama dan alamat saya. Bapak itu bilang saya akan dibiayai sekolah dan keluarga akan dibantu karena sudah menolong mereka, juga mengatakan kalau beliau yang punya Hotel Total-X,” ujar Mawar.

Malam itu mereka sudah di Undata lama, Mawar menceritakan orang tua itu pamit akan mencari istrinya, Israel dan Kim dititip bersama salah satu pegawainya yang sempat bertemu.

Saat orang itu balik, Mawar sempat tanya di mana ibunya Israel dan Kim, namun ia menjawab tidak usah ditanyakan lagi.

Malam itu Mawar tidur di RS Bayangkara, ia mendapat baju dan jaket dari orang-orang yang menolong korban. Israel, Kim dan bapaknya sudah pulang dengan karyawannya. Gempa susulan terus terjadi, malam pertama tanpa lampu dilalui dengan perasaan cemas.

Baca juga: Kisah Lengkap Bocah Israel yang Dipeluk Jokowi, Selamat dari Gulungan Tsunami tetapi Kehilangan Ibu

Saat pagi, beredar isu tsunami akan datang lagi. Mawar diajak salah satu karyawan orang tuanya Israel menuju ke rumah di jalan Tanjung Satu. Mereka mencegat motor yang lewat untuk mengantar, suasana penuh ketakutan.

Di rumah ini Mawar hanya duduk termangu, ia teringat ibunya, Subaini, teringat adiknya Riski dan Nur Adiba. Mawar berharap mereka bisa selamat dari amukan tsunami yang mencekam.

Tidak lama kemudian Mawar meminta untuk diantar ke rumah ibu Wardah di jalan Gunung Sidole. Ibu Wardah adalah sahabat ibunya, sama-sama berjualan minuman di anjungan Pantai Talise.

Di sini pun ia tidak bermalam, ia kemudian diantar ke rumah kemenakan ibu Wardah di jalan Tanjung Angin. Ia diminta tinggal di sini dulu hingga suasana mereda, gempa susulan terus mengguncang Palu, Mawar terus dihantui ketakutan.

“Sejak Sabtu (29/9/2018) hingga Selasa (9/10/2018) saya berada di sini. Tidak ada komunikasi dengan ibu atau saudara lainnya, hingga ibu menjemput ke sini,” kata Mawar.

Mawar kini telah bersama ibu dan adiknya, Riski. Adik bayinya, Nur Adiba belum ditemukan. Mereka sudah pasrah apa yang menjadi ketentuan Tuhan.

Ia akan melanjutkan membantu ibunya berjualan jika kondisi sudah normal. Mawar tidak sekolah sejak 2 tahun lalu karena ijazah di Madrasah Ibtidaiyah Al-Muhajirin Kamonji tidak bisa ditebus. Ia harus membayar Rp700 ribu agar ijazahnya bisa keluar.

Kini ia pasrah dengan nasibnya, ia harus berjuang membantu ibunya berjualan minuman lagi meskipun ia ingin sekolah di Madrasah Tsnawiyah atau mondok di pesantren.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com