Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Batik Kulon Progo Kesulitan Kelola Limbah

Kompas.com - 09/10/2018, 14:46 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Kedatangan Prabowo ke sentra batik untuk melihat secara langsung proses pembuatan batik dan hasil kerajinannya.

Hanang mengakui mengelola limbah tidak bisa ditunda. Ia sudah menemui tanda bahwa air sumur di rumah produksi itu mulai menguning. Rasa air juga sudah berubah. Air tak lagi layak dikonsumsi. Hanang mengatakan, air sumur terpaksa hanya dipakai untuk mandi.

“Kalau minum kami minta dari tetangga,” kata Hanang.

Tantangan lain terjadi bila musim hujan. Ia mengkhawatirkan kalau limbah batik yang sudah menggenang di halaman samping dan belakang rumah bisa meluber bahkan sampai ke jalanan milik warga.

“Kemarin kalau hujan sampai halaman depan. Tahun depan bisa ke luar,” kata Hanang.

Hanang meyakini sebagian besar pembatik di Gulurejo menghadapi persoalan serupa. Mereka belum sempurna mengatasi limbah.

“Saya berharap pemerintah membantu solusi,” kata Hanang.

Baca juga: Harapan di Balik Lahirnya Museum Batik Tiga Negeri di Lasem

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengakui persoalan limbah ini sebagai pekerjaan rumah yang belum juga kelar. Upaya menciptakan pengelolaan limbah batik yang baik sejatinya sudah dirintis sejak lama, belum juga berhasil.

Bupati Hasto berjanji akan meningkatkan upaya pengelolaan yang lebih baik bagi produksi limbah akibat tumbuhnya industri batik ini.

“Kami akan mengoreksi Amdal biar limbah bisa dikelola baik dan tidak mengganggu lingkungan. Konsekuensi dari hidupnya industri rumah tangga adalah pengendalian dari Amdal,” kata Hasto di peresmian padepokan Nithik Chanting di Gulurejo beberapa hari lalu.

Sejauh ini, menurut Hasto, pemerintah sudah melakukan banyak hal, termasuk menjalin kerja sama dengan UGM untuk mengelola Amdal. Namun, semua belum menunjukkan hasil maksimal.

“Akan ditingkatkan. Jangan dilupakan itu,” kata Hasto.

Sekadar diketahui, batik merupakan salah satu andalan industri di Kulon Progo. Perajin batik muncul hingga 38 kelompok di seluruh kabupaten ini. Kecamatan Lendah, utamanya Gulurejo, Sidorejo, dan Ngentakrejo merupakan desa pembatik utama. Ribuan orang bergantung pada bisnis rumah tangga ini.

Dinas Perindustrian dan Pedagangan Kulon Progo mencatat, produksi batik di 2017 saja sampai 120.000 potong. Omsetnya menembus Rp 120 miliar tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com