Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak-anak di Palu Sudah Mulai Bermain dan Menggambar..."

Kompas.com - 08/10/2018, 11:08 WIB
Caroline Damanik

Editor

Sumber Antara

PALU, KOMPAS.com - Syakira dan Shifa, dua sekawan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Palu, Sulawesi Tengah, sama-sama sedang asyik menggambar di tenda kelas darurat di Petobo, Palu, Sabtu (6/10/2018).

Tenda darurat berwarna putih milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini, sudah didirikan tiga hari pasca-gempa dan tsunami terjadi di Palu, Sigi dan Donggala.

Kepala SD Inpres Petobo Andriani (41) mengaku, memang belum sampai 20 anak yang hadir mengikuti pemulihan shock pasca-gempa di kelas darurat tersebut. Namun dia meyakini jumlah anak-anak yang bergabung akan bertambah.

Ada dua petugas konselor dari Kemdikbud yang hadir di sana membawa alat-alat menggambar untuk anak-anak. Ada papan-papan menggambar, ada buku gambar, ada pensil warna.

Baca juga: Kisah Lengkap Bocah Israel yang Dipeluk Jokowi, Selamat dari Gulungan Tsunami tetapi Kehilangan Ibu

Sementara itu, guru SDN 7 Palu, Hariani (49), yang ditemui di pengungsian Dusun Ranoropa, Desa Loru, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengaku belum pernah kembali lagi melihat sekolahnya pasca-gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Palu dan sekitarnya.

Meski demikian, menurut dia, bersama beberapa orang guru lain yang ada di pengungsian yang sama sudah sempat pula melakukan konseling, mengajak anak-anak menggambar dan bermain.

"Kami di sini juga sudah mulai bermain, menggambar. Ada yang datang kemarin, bawa alat-alat menggambar, ada pensil warna, buku gambar, tapi tidak tahu dari mana. Tapi yang jelas anak-anak sudah bermain," ungkap Hariani yang rumahnya ikut hilang terbenam lumpur hitam di Petobo.

Baca juga: Tangis Bahagia Syaiful Bertemu Sang Ibu Setelah Berjibaku Membalik Jenazah yang Bergelimpangan

Hariani bersama warga Petobo yang selamat mengungsi ke atas ke Dusun Ranoropa di Kabupaten Sigi yang datarannya lebih tinggi dari Kota Palu.

Puluhan warga mendirikan tenda seadanya dari terpal di bawah pohon-pohon kakao atau coklat.

Beruntung lokasi pengungsian mereka dekat dengan aliran irigasi yang airnya melimpah dan jernih. Anak-anak pun seakan lupa dengan peristiwa kelam Jumat (28/9/2018), yang meluluhlantakkan Palu, Sigi dan Donggala.

Instruksi gubernur

Memasuki hari ke-10 pascagempa dan tsunami, Kota Palu mulai bergeliat. Listrik 90 persen menuju normal, supermarket besar di tengah kota kembali beroperasi, antrean panjang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah berkurang.

Surat Instruksi Gubernur Sulawesi Tengah tertanggal 5 Oktober 2018 tentang Keaktifan Melaksanakan Tugas PNS Provinsi Sulawesi Tengah telah terbit. Instruksi ini mewajibkan seluruh PNS kembali hadir dan aktif bekerja pada 8 Oktober 2018.

Baca juga: Petaka di Petobo, Aspal seperti Gelombang dan Lumpur Keluar dari Perut Bumi, seperti Mau Kiamat

Ia juga menginstruksikan Kepala Perangkat Daerah Lingkup Sulawesi Tengah, termasuk pejabat struktural untuk ikut memantau kehadiran PNS. Pejabat pengelola kepegawaian juga diminta untuk mendata PNS dan atau tenaga kontrak pada masing-masing perangkat daerah.

Maka berbekal surat instruksi tersebut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Tengah Irwan Lahace meminta seluruh ASN di jajarannya untuk mulai aktif bekerja pada Senin (8/10), sekalipun nantinya kegiatan hanya akan dilaksanakan di halaman saja.

Permintaan ini sekaligus ditujukan pada para guru yang ada di Palu, Sigi dan Donggala, agar mereka dapat segera kembali mengajar.

Patrini Hadjli (43), guru SMKN 4 Palu yang juga berada di pengungsian di Dusun Ranoropa, Desa Loru, mengatakan, dirinya siap saja untuk kembali mengajar meski dimulai dari kelas-kelas darurat di bawah tenda.

Baca juga: Detik-detik Arif Selamat dari Hotel Roa Roa yang Ambruk, Suasana Gelap dan Suara Minta Tolong

Namun hingga saat ini, dia mengaku belum mendapatkan informasi dari pihak sekolah maupun dinas terkait kapan aktivitas belajar-mengajar di Kota Palu akan kembali mulai berjalan.

"Saya belum dapat informasi apa-apa, karena telepon genggam saya juga terjatuh waktu menyelamatkan diri dari lumpur. Hanya memang saya tahu kepala sekolah sempat bertanya pada kakak saya apakah saya selamat dari bencana, itu saja, tapi tidak memberi informasi kapan aktivitas sekolah berjalan lagi. Sekarang saya tidak bisa menghubungi dia, dia pun sebaliknya," ungkap dia.

Patrini mengaku belum sekali pun keluar dari pengungsian dan melihat kondisi sekolah tempatnya mengajar.

"Saya ingin sekali lihat sekolah, tapi jaraknya cukup jauh dari pengungsian, sementara motor sudah tidak ada (tertimbun lumpur di Petobo)," ujar dia.

Baca juga: Kota Palu Mulai Pulih...

Kendala-kendala dari para guru tentu beragam untuk kembali mengajar, selain juga rasa shock tentunya. Dengan hanya pakaian yang melekat di tubuh tentu akan juga sulit bagi guru-guru lain untuk bisa hadir memulai proses belajar dan mengajar.

Namun demikian, semua harus sepakat dulu untuk memulai lagi dari titik nol. Apapun kondisinya semua perlu sepakat untuk berjuang bersama membangun kembali apa yang sempat berdiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com