Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Rumah Pelangi, Ubah "Mindset" Buku Tak Relevan di Zaman Internet (1)

Kompas.com - 27/09/2018, 15:40 WIB
Hamzah Arfah,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Dari desa ke desa

Jauh sebelum mendirikan rumah pelangi, Nency yang merupakan lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengawali keinginannya untuk bisa mendirikan taman baca dengan berkeliling dari satu desa ke desa lain yang ada di Gresik.

“Saya sempat juga bawa beberapa buku, keliling ke desa-desa yang ada di Gresik untuk melihat sejauh mana minat baca masyarakat sekaligus menjajaki kira-kira desa mana yang saya anggap pas untuk mendirikan taman baca,” tutur Nency.

“Tapi akhirnya saya putuskan mendirikan taman baca di sini, selain karena anak-anak di sini (Desa Suci) terlihat antusias, juga masyarakat serta pemerintahan desa yang mendukung,” tuturnya.

Baca juga: Rumah Baca Lembah Sibayak, Membangunkan Anak-anak di Tanah Karo dari Tidur

Awal mendirikan Rumah Pelangi, Nency bersyukur mendapatkan partner. Bersama Yanu Prihatiningtyas (34), dia sempat merasakan suka-duka bersama dalam memulai perjalanan Rumah Pelangi.

“Mbak Yanu inilah yang sempat bersama dengan saya sejak awal-awal Rumah Pelangi berdiri dan Alhamdulillah hingga sekarang. Mungkin kami sudah satu visi dan misi sehingga bisa awet bertahan hingga hampir enam tahun berjalan,” kata dia.

Sejak Rumah Pelangi berpindah ke bangunan ke tempat sekarang pada Oktober 2015, satu per satu relawan mulai ikut bergabung dan membantu kinerja duet Nency-Yanu dalam mengelola keberlangsungan rumah pelangi.

Untuk saat ini, total ada lima personel pengurus rumah pelangi dengan selain Nency dan Yanu, juga ada Sulis, Farida, serta Fatimah.

“Saya sendiri tidak pernah terbayang sebelumnya bisa terlibat dalam taman baca atau perpustakaan seperti ini. Karena saya sendiri sebelumnya hanya konsumen jasa dari perpustakaan. Selesai kuliah terus hijrah ke Gresik dan ketemu sama Bu Nency yang akhirnya punya kecocokan untuk berkecimpung di dunia literasi,” ujar Fatimah.

Dia pun mengaku, selama membantu di rumah pelangi sebagai relawan, Fatimah menjalankannya dengan penuh kegembiraan. Apalagi, dia dapat berinteraksi dan secara tidak langsung membantu warga sekitar, khususnya anak-anak.

“Untuk sukanya sih banyak sebenarnya, salah satunya saat banyak yang berkunjung dan menikmati fasilitas yang ada. Karena di sini saya juga bisa mengajarkan akhlak, tata tertib dan tanggung jawab, serta bisa membantu menemukan bakat anak.

Sementara dukanya, lanjut dia, kalau perpustakaan kadang sepi pengunjung, pengunjungnya sedikit dan masyarakat terlihat kurang berminat. Meski ini jarang terjadi,” ucap Fatimah.

Untuk kerja keras mereka mengampanyekan pentingnya literasi hingga membawa dampak positif bagi masyarakat pada saat ini, TBM Rumah Pelangi pun terpilih menjadi salah satu pemenang dalam ajang Gramedia Reading Community Competition 2018.

BERSAMBUNG: Anak-anak Rumah Pelangi, Menangis hingga Rela Kayuh Sepeda 4 Km demi Bisa Baca Buku (2)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com