Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD Sisihkan Uang Jajan untuk Guru Berhonor Kecil, Kita Bisa Belajar Apa?

Kompas.com - 15/09/2018, 19:10 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menumbuhkan kepedulian terhadap sesama di zaman mileneal saat ini bukanlah perkada mudah bagi guru di sekolah.

Namun, tantangan tersebut ternyata berhasil dijawab oleh para siswa dan guru di Sekolah Dasar Mentel 1, Desa Hargosari, Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, DIY.

Para siswa secara sukarela menyisihkan uang jajan mereka untuk diberikan kepada guru yang masih berstatus GTT alias Guru Tidak Tetap (GTT). Seperti diketahui, GTT hanya mengantongi Rp 100.000 per bulannya dari pemerintah.

Berikut fakta yang terungkap dari kepedulian para siswa di SD Mentel 1 di Gunung Kidul:

 

1. Inisiatif siswa untuk membantu guru

Ilustrasi uang receh dan uang koin rupiahSHUTTERSTOCK Ilustrasi uang receh dan uang koin rupiah

Ratusan siswa SD Mentel 1 menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk dimasukkan ke kantong plastik yang telah disediakan sekolah. Jumlahnya bermacam-macam, mulai dari Rp 2.000 hingga Rp 10.000.

Uang tersebut mereka sisihkan untuk membantu 8 guru GTT dan pegawai tidak tetap di SD tersebut.

Di SD tersebut, ada sekitar 158 siswa. Mereka berinisiatif untuk menyisihkan uang saku mereka lalu diakomodasi pihak sekolah dan Komite Sekolah.

"Uang ini nantinya untuk Bapak dan Ibu Guru, kasihan mereka tidak mendapatkan gaji layak dari pemerintah," kata Carisa Moniati, salah satu siswa, Jumat (14/9/2018).

Baca selengkapnya: Siswa SD Patungan Beri Uang Saku untuk Guru Mereka yang Bergaji Minim

 

2. Uang sukarela dikumpulkan setiap Jumat

Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA. Dok Disdikbud Bulungan Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA.

Carisa menceritakan, secara tak sengaja beberapa siswa mengetahui kondisi para guru GTT di sekolah mereka hanya mendapat gaji Rp 100.000 per bulan.

Setelah kondisi tersebut diceritakan kepada orangtua, akhirnya muncul inisiatif untuk membantu dengan cara menyisihkan uang saku setiap hari Jumat.

"Enggak apa-apa, setiap Jumat juga membawa makanan dari rumah, paling jajan es," kata Carisa. Kegiatan tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari pihak sekolah dan tentunya para guru GTT.

"Kami terharu semangat siswa dan orangtuanya untuk membantu kegiatan belajar di sekolah ini," kata Bayu Dwi Nur Cahyani, salah satu guru GTT.

Baca juga: Mengungkap Fakta Kasus Siswa SD Telan Ekstasi, Dikira Permen hingga Penetapan Tersangka

 

3. Honor kecil, semangat tak pernah pudar

Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu.Kompas.com/Kontributor Nunukan, Sukoco Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu.

Lokasi SD Mentel 1 ada di pinggiran Kabupaten Gunungkidul, jauh dari keramaian dan pusat kota. Namun, apa yang ditunjukkan para siswa dan orangtua murid kepada guru GTT patut diacungi jempol.

Bayu mengatakan, sejak 2005, honor sebagai GTT hanya Rp 100.000 per bulan, ditambah bantuan dana BOS sebesar Rp 200.000.

"Tetap semangat mengajar, ndak apa-apa, yang penting anak-anak memeroleh pendidikan yang baik," kata Bayu.

Baca Juga: Mengira Permen, 3 Siswa SD Telan Pil Ekstasi Milik Ayah Temannya

 

4. Sumbangan sudah berlangsung sejak Maret 2018

Ilustrasi sekolah rusakShutterstock Ilustrasi sekolah rusak

Kepala SD Mentel 1, Kamijan mengatakan, kegiatan sosial setiap Jumat tersebut sudah berlangsung sejak Maret 2018.

Setiap bulan, para siswa ini mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 2 juta dan uang tersebut akan dibagikan kepada 8 GTT maupun Pegawai Tidak Tetap.

"Pengumpulan ini tidak ditentukan nominal, jika terdapat siswa yang tidak memberi infak pun juga diperbolehkan tergantung kepada kemampuan serta keikhlasan para siswa yang ada," kata Kamijan.

Dia berharap, pemerintah segera menaruh perhatian kepada guru GTT.

Baca juga: Pil Ekstasi Ditelan 3 Siswa SD karena Dikira Permen, Begini Kronologinya

 

5. Komentar Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga

Ilustrasi siswa SDKOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO Ilustrasi siswa SD

Bahron Rasyid, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul, tak mempermasalahkan dan mengapresiasi langkah dari Komite Sekolah terkait program penggalangan dana untuk GTT dan PTT tersebut.

"Komunikasi dan transparansi agar niat mulai ini langgeng dan bisa ditiru oleh sekolah lain," katanya.

Dia mengaku sudah berusaha untuk meningkatkan penghasilan para guru dan pegawai tidak tetap ini.

Sementara itu, anggota DPRD Gunungkidul Imam Taufik mengatakan, dalam kebijakan umum anggaran dan priorotas anggaran sementara (KUA-PPAD) upah GTT 2019 diusulkan sebesar Rp 600.000 per bulan.

Namun angka tersebut fleksibel karena November nanti masuk dalam pembahasan APBD murni 2019.

"Idealnya honor GTT ya Rp 1,3 juta sama dengan THL," kata Imam.

 

Sumber: KOMPAS.com (Markus Yuwono)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com