Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Kepingan Sejarah Bandung dengan Bandros

Kompas.com - 10/08/2018, 12:38 WIB
Dendi Ramdhani,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Mobil wisata tersebut dihadirkan untuk melayani wisatawan di Bandung yang jumlahnya mencapai 7 juta turis per tahun. Bandros juga menjadi strategi Pemkot Bandung memecah kemacetan, dengan menggiring wisatawan berkeliling kota tanpa menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Diluncurkan Ulang, Bus Wisata Bandros Jadi Satu Lantai

Bandros dibagi menjadi enam warna, yakni biru, kuning, hijau, ungu, merah muda, dan hitam. Setiap warna memiliki rute berbeda.

Bandros berwarna biru akan berkeliling dari Alun-Alun Bandung, Cibaduyut, Taman Leuwi Panjang, Museum Sri Baduga, Alun-alun Regol, dan Kawasan Buah Batu.

Sedangkan Bandros Kuning akan melewati rute Lapangan Gasibu, Taman Cibeunying, Taman Superhero, Taman Foto, Gedung Merdeka, Alun-alun Bandung, dan Braga.

Sementara itu, Bandros Ungu akan melayani tujuan Gasibu, Taman Cikapayang, Alun-alun Ujungberung, Museum Geologi, dan Pusdai.

Bandros Hijau akan membawa wisatawan melewati Chinatown, Pasir Kaliki, Alun-alun Cicendo, Karang Setra, UPI, dan GOR Padjadjaran.

Ada pula Bandros Merah Muda yang akan melewati Gasibu, Taman Pasupati (Taman Jomblo), Teras Cikapayang, Teras Cihampelas, hingga Taman Budaya.

Sementara Bandros hitam khusus diperuntukan bagi tamu VVIP.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, ide Bandros tercetus dari keresahannya tentang Bandung yang tak punya bus wisata. Padahal, Bandung sendiri dikenal sebagai kota wisata.

"Setiap kota wisata di dunia pasti ada bus wisatanya. Saya ke Singapura, Istanbul mereka punya. Nah saya berpikir untuk buat itu di Bandung," ujar Emil, sapaan akrabnya.

Emil mengaku tak mudah membuat bus wisata di Bandung. Apalagi secara infrastruktur ruas jalan di Bandung cenderung kecil. Maka, kata Emil, ia berinovasi mendesain sendiri bus wisata yang ukurannya kecil namun tetap nyentrik.

"Pilihannya mau seperti apa, di kota lain pakainya bus besar tapi gak cocok karena jalan Bandung kecil. Kalau bus beli baru apa uniknya, maka kita desain sendiri dengan tema artdeco tidak futuristik. Karena agar mudah dikenali dikonsep warnanya gak seragam," tuturnya.

Inovasi itu, kata Emil, sudah menunjukan hasil yang memuaskan. Apresiasi pun datang masyarakat Bandung dan luar Bandung. Kehadiran pemandu pun jadi cara Pemkot Bandung menciptakan eduwisata dalam konsep bus.

"Ternyata diminati luar biasa sesuai ekspektasi. Standar luar negeri begitu wisata yang bagus itu gak hanya senang tapi berpengetahuan, di luar negeri pakai earphone kita belum secanggih itu jadi kita pakai pemandu saja," jelasnya. 

Kompas TV Asosiasi Pantomim Dunia menunjuk Wanggi untuk populerkan pantomim di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com