Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Fakta Terbaru Gempa Lombok, dari Gempa Susulan hingga Pencuri Merajalela

Kompas.com - 09/08/2018, 16:48 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Hal itu membuat para korban gempa merasa was was.

"Harta benda warga banyak yang hilang akibat ditinggal mengungsi," kata Bagus salah satu warga Selaparan di Mataram, Kamis (8/8/2018) seperti dikutip dari Antara.

Ia menyebutkan, barang yang hilang bermacam-macam mulai dari gas tabung, makanan toko, hingga sepeda motor milik masyarakat yang rumahnya ditinggal mengungsi. Bahkan hewan ternak pun ada laporan sampai hilang seperti kuda dan sapi milik warga.

"Di Mataram saja kami mengumpulkan informasi ada sekitar 70an lebih motor hilang setelah gempa," tambah Bagus.

Baca Juga: Gempa Kembali Guncang Lombok, Tangis Wanita dan Anak-anak Terdengar dari Sana-sini

6. Tiga Gili di Lombok kembali disisir, 70 warga asing ditemukan

Setelah Foreign Visitor Help Desk (FVHD) di Kementerian Luar Negeri Indonesia menerima laporan beberapa warga asing masih terjebak di tiga Gili di Lombok, khususnya Gili Meno. Informasi tersebut diterima Kamis (9/8/2018) dini hari.

"Setelah membahas laporan yang masuk bersama Direktur Operasi Basarnas, Kemlu, dan Basarnas untuk melakukan wrap up rescue ke tiga pulau Gili," kata Jean Annes, Ketua tim FVHD.

Hasilnya, 70 warga asing dari 19 negara berhasil dievakuasi. 46 warga asing di antaranya memutuskan untuk tetap tinggal di Gili karena memiliki properti di pulau tersebut.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengirim Tim FVHD setelah gempa terjadi. Tim tersebut bertanggung jawab untuk membantu pemerintah daerah dan Tim SAR menangani warga asing yang menjadi korban gempa.

Baca Juga: Demi Bertahan Hidup, Korban Gempa Lombok Pun Makan Kelapa

7. Data korban harus terverifikasi dan wewenang BPBD NTB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan pers terkait gempa bermagnitudo 7 Lombok. Konferensi pers digelar di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (6/8/2018). KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan keterangan pers terkait gempa bermagnitudo 7 Lombok. Konferensi pers digelar di kantor BNPB, Jakarta Timur, Senin (6/8/2018).

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, ada empat versi jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di Lombok pada hari Minggu (5/8/2018).

Menurutnya, jumlah korban meninggal dunia sudah harus terverifikasi dan menjadi kesepakatan bersama.

Ada empat versi jumlah korban meninggal dunia yang berbeda di media sosial, BNPB, dan BPBD Nusa Tenggara Barat menyebut 131 korban meninggal.

TNI menyebut korban mencapai 381 orang, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan BPBD setempat menulsikan ada 347 korban jiwa dan Gubernur Nusa Tenggara Barta serta Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menyatakan 226 orang meninggal.

"Laporan data korban harus dilampiri identitas korban, yaitu nama, usia, jenis kelamin dan alamat asal untuk menyatakan bahwa data korban-korban tersebut benar," kata Sutopo pada hari Rabu (8/8/2018).

"Semua pihak harus segera memverifikasi data-data mereka dan data korban merupakan wewenang BPBD NTB," imbau Sutopo. 

Baca Juga: BMKG: Hingga Kamis Pagi, Tercatat Ada 344 Kali Gempa di Lombok 

Sumber (KOMPAS.com: Aprilia Ika, Caroline Damanik /Antara: Dewanto Samodro, Awaludin, Yuni Arisandy Sinaga)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com