"Gempa ini tidak berpotensi tsunami," tulis BMKG dalam situs resminya, bmkg.go.id.
Sebelumnya diberitakan, gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, terjadi sekitar pukul 12.25 WIB.
Baca Juga: Gempa Kembali Guncang Lombok, Tangis Wanita dan Anak-anak Terdengar dari Sana-sini
3. Gempa susulan membuat wanita dan anak-anak menangis
Gempa susulan bermagnitudo 6,2 pada Kamis (9/8/2018) sekitar pukul 13.25 Wita, menimbulkan kepanikan warga di Lombok Utara, NTB.
Saat gempa mengguncang, warga di Teluk Dalam, Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, berlarian ke ruas jalan bercampur dengan padatnya arus kendaraan.
Teriakan dan tangis perempuan dan anak-anak terdengar di sana sini.
"Jangan ke dalam kampung pak, ada tower yang mau roboh, hati-hati," teriak seorang warga yang datang menyampaikan kabar itu seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Gempa Kembali Guncang Lombok, Bermagnitudo 6,2, Warga Berhamburan
4. Korban gempa makan kelapa untuk bertahan hidup
Setelah gempa melanda, banyak desa di Lombok, NTB, menjadi terisolir. Akses jalan rusak dan sulitnya medan membuat bantuan tidak merata.
Salah satunya di Dusun Selebung Daya, Desa Dasan Tengah, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, NTB. Para korban gempa di desa itu bertahan hidup dengan makan kelapa.
"Bantuan minim sekali, kami di sini hanya dapat bantuan beras sekali dan itu pun hanya 15 kilo yang kami makan satu RT. Terpaksa kami selingi makan kelapa agar tidak lapar," kata Arti, ketua RT saat ditemui di lokasi pengungsian, Rabu (8/8/2018).
Arti menambahkan, bantuan yang sudah pernah diterima di kampungnya berupa beras 15 kilogram dan satu kilogram saja.
"Kami di sini sekitar 80 orang, dengan beras 15 kilogram dan satu kilogram minyak goreng, mana cukup. Itu pun hanya cukup untuk makan pagi saja, kalau untuk makan siang dan malamnya, ya, itu tadi kami petik kelapa untuk selingan makanan," tutur Arti.
Baca Juga: Gempa Susulan Bermagnitudo 6,2 di Lombok Tidak Berpotensi Tsunami
5. Pencuri berkeliaran di rumah dan toko milik warga korban gempa
Menari di atas penderitaan orang lain. Ungkapan tersebut pas dengan para pencuri yang beraksi di rumah dan toko milik warga yang menjadi korban gempa.