Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Juara Dunia Angkat Besi tentang Putranya yang Makan dengan Selang Khusus

Kompas.com - 31/07/2018, 18:42 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Mantan juara dunia angkat besi, Sri Winarni, berkisah tentang putranya, Achmad Faris Taufik, yang menderita kelainan bawaan sejak lahir yaitu Asteria Esophagus.

Asteria Esophagus merupakan kelainan bawaan di mana kerongkongan tidak berkembang dengan semestinya, dan justru bagian bawahnya tersambung dengan saluran napas.

Hal ini menyebabkan gangguan pada pernafasan, pencernaan, bahkan bisa berimbas pada gangguan jantung dan paru-paru. 

“Alhamdulillah sih keadaannya kalau untuk saat ini, kondisinya stabil,” kata Winarni kepada Kompas.com Selasa (31/7/2018) siang.

Kisah Winarni tentang anaknya viral beberapa hari terakhir, setelah link penggalangan donasi diunggah oleh para netizen. Ya, Winarni membutuhkan biaya besar untuk pengobatan Faris.

Makan dengan selang khusus

Kondisi yang dialami Faris membuatnya tak bisa mengonsumsi makanan maupun minuman melalui mulut. Semua asupan tubuhnya disuplai melalui selang khusus.

“Anak saya itu lehernya dilubangi untuk keluar air ludah, perutnya dilubangi untuk masukin selang yang gunanya untuk kasih susu ya itu lewat selang itu. Jadi banyak lubang,” kata Winarni.

Suatu ketika, kisah Winarni, Faris tak sengaja memakan sebutir nasi yang menempel di tangannya. Hal ini membawa risiko bagi Faris.

“Dia batuknya kayak sambil ngorok. Jadi dia mau mengeluarkan lewat pipa yang kecil itu susah. Apalagi kalo dia sampe kemasukan makanan yang besar, fatal,” ujar Winarni.

Baca juga: Kisahnya Viral, Juara Dunia Angkat Besi Dapat Bantuan untuk Pengobatan Putranya

Untuk mengatasi kejadian seperti itu, Winarni mengaku harus benar-benar mengawasi Faris agar tidak memakan apapun lewat mulut.

Winarni kerap merasa sedih saat anaknya miengungkapkan keinginan untuk bisa makan.

“Sekarang ini yang menyedihkan itu kalo dia minta makan, saya bilang jangan makan dulu ya, jangan dimakan, jangan,” kata dia.

Tak jarang, Faris juga meminta izin kepada ibunya untuk sekadar menjilat makanan atau minuman yang dia inginkan.

“Sukanya ‘Mami boleh enggak aku jilat?’ Oh boleh Nak, kalo jilat-jilat ya boleh. Tapi kalo makan jangan yaa,” Winarni menirukan percakapannya dengan Faris.

Dengan kondisi yang dialaminya, kesehatan Faris juga rentan terganggu.

“Faris kan riskan Mbak, terlalu gampang sakit. Kena debu, asep rokok itu udah langsung sakit. Sakitnya Faris itu biasa panas, demam tinggi, terus batuk. Nah batuknya itu bukan batuk kayak anak-anak itu, batuknya itu sesak. Dia mau mengeluarkan air ludah susah karena lubang di lehernya itu kecil,” ujar ibu 3 anak ini.

Meski demikian, Faris termasuk anak yang aktif walau ruang geraknya terbatas karena ada selang yang terpasang di tubuhnya.

Upaya pengobatan

Sejak lahir hingga kini Faris berusia 2,5, Winarni mengupayakan pengobatan terbaik bagi anak bungsunya itu.

Dua operasi dilakukan di RSCM, Jakarta, dengan bantuan biaya dari PT POS Indonesia tempatnya dan suami bekerja. Selain itu, ada juga bantuan dari Pengurus Besar Persatuan Angkat Beban, Binaraga, dan Besi Seluruh Indonesia (PABBSI).

“Ya, udah dua kali operasi anak saya, yang pertama waktu masih bayi yang kedua pas umur 20 hari. Yang ketiga ini lagi nunggu Faris bener-bener fit, karena ini pembedahan besar,” ujar Winarni.

Selain itu, kondisi badan Faris juga diharapkan memenuhi berat badan minimal untuk bisa dilakukan tindakan operasi, yakni 13 kilogram. Saat ini, berat badan Faris 10 kilogram.

Operasi ketiga rencananya menggunakan uang pribadi agar bisa segera dilakukan.

“Makanya kemaren saya ke Jakarta tanya-tanya biaya operasi itu berapa,” kata Winarni.

Selama ini, segala biaya untuk perawatan Faris dibiayai dengan dana pribadi, temasuk membeli selang silikon yang harus diganti per 3 minggu, kasa, susu, dan sebagainya.

Winarni menjadi saksi yang mengetahui bagaimana anaknya berjuang menahan sakit setiap kali pergantian selang dilakukan.

“Sudah Om, jangan Om, sakit Om,” Winarni menirukan apa yang diucapkan Faris kepada dokter.

Frustasi dan akhirnya dapat bantuan

Untuk perawatan Faris, Winarni dan suaminya sudah menjual harta bendanya. Bahkan, terakhir, mereka berniat untuk menjual rumah yang menjadi tempat tinggalnya.

“Apa yang bisa kami jual, kami jual. Kalau memang sudah tidak punya uang lagi kami pinjam saudara. Dengan berbagai cara, rencana untuk operasi ini kami mau jual rumah. Kami sepakat mau jual rumah,” kata Winarni.

Rencana ini dilarang oleh kerabatnya karena dianggap sebagai keputusan emosional dan tidak mempertimbangkan nasib selanjutnya.

“Saya enggak emosi kok, 2,5 tahun enggak emosi. Cukup kuat kok. Kalau untuk anak apa pun akan saya korbankan,” kata Winarni.

Namun, belakangan ini ia mulai frustasi karena sudah "habis-habisan", sementara putranya masih membutuhkan banyak biaya.

Harapan datang ketika ada penggalangan donasi secara online dan bantuan dari pemerintah.

“Dan bener Allah kasih jalan tepat pada waktunya, mungkin ini enggak mimpi. Saya bersyukur banyak yang men-support. Saya juga enggak ngerti mungkin saya ini dikasih jalan sama Allah ya. Karena memang saya itu berat sekali, beraaaat banget,” ujar Winarni.

Kini, Winarni berupaya terus memberikan semangat untuk putranya agar segera menjalani operasi ketiga. Harapannya, setelah ini kondisinya akan lebih baik.

“Faris, berdoa terus semoga kita cepet diberi jalan keluar untuk Mami bawa kamu ke Jakarta (operasi ketiga),” kata dia.

Biaya pengobatan Faris belum dapat diprediksi karena sangat tergantung dengan lama perawatan yang akan dijalani.

Namun, Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga sudah melakukan koordinasi dengan PT POS dan BPJS Kesehatan untuk membantu kelancaran pengobatan Faris.

“Semoga ini bukan mimpi. Enggak seperti yang kemaren-kemaren mimpi berkhayal, mimpi berkhayal,” ujar Winarni.

Kompas TV BPJS Ketenagakerjaan bersama Komite Olimpiade Indonesia mendukung para atlet Indonesia melalui pemberian jaminan keselamatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com