JAKARTA, KOMPAS.com – Kisah perjuangan seorang mantan atlet juara dunia angkat besi Indonesia, Sri Winarni, dalam menyembuhkan putranya, Achmad Faris Taufik, yang mengidap kelainan bawaan sejak lahir, viral di media sosial beberapa hari ini.
Awalnya, kisah Winarni tersebar karena banyak yang mengunggah link donasi di kitabisa.com yang digagas oleh seorang penulis dan pegiat literasi, Maman Suherman.
Hingga Selasa (31/7/2018), siang, penggalangan dana yang terkumpul untuk putra Winarni telah mencapai sekitar Rp 140 juta, dari target Rp 300 juta.
Faris merupakan putra ketiga Sri Winarni, yang merupakan juara dunia angkat besi kelas 50 kg (1997), dan peraih perak angkat besi 53 kg di Olimpiade Sydney (2000).
Sorak kemenangan, kalungan medali, dan pujian karena berhasil mengharumkan nama bangsa sudah pernah ia rasakan.
Kali ini, sang jawara harus berjuang untuk pengobatan putranya yang sejak lahir mengidap Asteria Esofagus.
Asteria Esofagus merupakan kelainan yang terjadi pada saluran kerongkongan yang tidak berkembang sebagaimana mestinya.
Esofagus bagian bawah justru tersambung dengan saluran napas sehingga menyebabkan gangguan pernafasan, pencernaan, bahkan gangguan pada jantung.
Faris tidak bisa menelan makanan ataupun minuman, ia hanya bisa menjilatnya.
Hal ini membuat berat badan Faris hanya berkisar 10 kg, jauh di bawah berat badan anak usia 2,5 tahun pada umumnya.
Saat dihubungi Kompas.com, Selasa siang, Winarni mengisahkan, Faris pernah menjalani 2 kali operasi, yakni saat bayi dan ketika berusia 20 hari.
Operasi selanjutnya akan dilakukan menunggu berat badannya mencapai 13 kg.
Saat ini, Winarni telah membeli selang silikon seharga Rp 1-1,5 juta untuk dipasangkan pada Faris sebagai jalan masuk makanan dan minuman.
Selang itu harus diganti setiap 3 minggu sekali.
"Kami pakai uang pribadi, karena pengennya yang segera bisa cepat. Kalau BPJS harus tunggu," ujar Winarni.