Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Blood Moon pada 28 Juli Bisa Dilihat Langsung...

Kompas.com - 27/07/2018, 05:00 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Gerhana bulan total, terkenal dengan sebutan "bulan darah" atau blood moon sebab saat itu bulan akan terlihat memerah layaknya darah akan terjadi di seluruh Indonesia pada Sabtu, 28 Juli 2018 mendatang.

Gerhana bulan ini dinyatakan sebagai gerhana bulan terlama sepanjang abad.

"Bisa dilihat dari seluruh wilayah Indonesia, ini gerhana bulan terlama dalam abad ini, sekitar 103 menit. Terjadi mulai pukul 00.00 WIB, antara pergantian tanggal 27 dan 28," kata Kepala Bidang Informasi dan Data BMKG Wilayah I Medan, Syahnan, Kamis (26/7/2018).

Syahnan menjelaskan, masyarakat bisa melihat langsung dengan mata telanjang peristiwa paling bersejarah ini. Bisa pula menjadikannya bahan penelitian dan ilmu pengetahuan sebab gerhana bulan total seperti ini diprediksi baru akan bisa dilihat lagi pada 2041 mendatang.

"Bulan darah (blood moon) pada 28 Juli nanti bisa dilihat langsung...," ucapnya.

Baca juga: Kisah Yuliana, Juara Dunia Pencak Silat yang Cuma Bawa Pulang Piala dan Medali (1)

Ditanya dampak cuaca yang akan terjadi pasca gerhana, Syahnan mengaku belum bisa memprediksi.

"Biasanya H-3 baru kita bisa melihat prediksinya," katanya.

Warga Indonesia akan menyaksikan fenomena gerhana bulan total (GBT) pada Sabtu nanti. Kejadian langka alam ini adalah yang terlama di Abad 21 dengan durasi keseluruhan 6 jam 14 menit.

Sekali dalam 100 tahun

Marufin Sudibyo, astronom amatir kepada Kompas.com melalui pesan singkatnya pada Jumat (6/7/2018) lalu menyebutkan, gerhana bulan serupa ini hanya bisa ditemui 100 tahun lagi, tepatnya pada 9 Juni 2123.

Gerhana ini juga sekaligus Minimoon, berbeda dengan gerhana bulan sebelumnya yang bersamaan dengan Supermoon.

Baca juga: Mbah Legi Menabung Bertahun-tahun, Hitung Uang Pun Dibantu Banyak Warga

"Saat puncak gerhana nanti, jarak bumi dan bulan diperhitungkan sebesar 406.100 kilometer. Artinya, ini lebih jauh dari jarak bumi dan bulan biasanya yang hanya 384.400 kilometer. Secara tak resmi bulan dengan fase purnama yang bertepatan atau hampir bertepatan dengan saat bulan menempati titik apogee-nya dikenal sebagai Minimoon," kata Marufin.

Fenomena paras bulan yang kebiruan meski GBT selalu identik dengan warna merah darah. Sapuan warna biru di paras bulan akibat hamburan cahaya matahari oleh molekul-molekul ozon.

Hal ini menjadi lebih bisa diamati dengan baik saat GBT terjadi. Gerhana tanpa awan juga menjadi keistimewaan gerhana bulan akhir minggu ini.

"Faktor cuaca, gerhana nanti ini terjadi pada musim kemarau sehingga langit relatif lebih bersih. GBT lebih mudah diamati karena risiko tertutup mendung kecil," ungkapnya.

Baca juga: Ini Pertama Kali Saya Lihat Pak Jokowi, Sangat Sederhana dan Baik...

Mars yang jadi dayang-dayang menambah keistimewaan GBT karena bulan akan berdampingan dengan Planet Mars di langit Indonesia. Planet Mars berada pada posisi terdekat dengan bumi dalam 15 tahun terakhir.

"Magnitudonya (Mars) diperkirakan -2,7 (normalnya hanya -0,5) sehingga jauh lebih mudah diamati," pungkas Marufin.

Kompas TV Pada puncak musim hujan ini, fenomena gerhana bulan total kembali menyapa Indonesia. Bedanya, tiga peristiwa sekaligus terjadi dalam fenomena kali ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com