Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berita Populer: Ritual Rizky yang Dipatuk King Kobra hingga Ancaman Pecah Kongsi PKS-Gerindra

Kompas.com - 12/07/2018, 06:59 WIB
Amir Sodikin

Editor

1. Keluarga Yakin Rizky Belum Meninggal karena King Kobra, Tubuhnya Diletakkan di Halaman Rumah

Keluarga masih yakin bahwa Rizky (17) yang telah dinyatakan meninggal dunia secara medis setelah dipatuk ular king kobra peliharaannya masih hidup.

Oleh karena itu, sejak dibawa pulang dari rumah sakit, tubuh Rizky belum juga dimakamkan. Keluarga melakukan ritual khusus untuk menyembuhkannya.

Suwardi, ayah Rizky, menuturkan, keluarga tidak langsung percaya bahwa Rizky telah tiada lantaran bagian tubuh Rizky masih terasa hangat dan tidak kaku seperti orang yang telah meninggal pada umumnya.

“Walau sudah memasuki hari kedua, kami tetap yakin bahwa anak kami belum meninggal karena badannya masih hangat dan berkeringat. Kami masih upayakan untuk melakukan ritual agar anak kami bisa sembuh dan pulih seperti biasa,” kata Suwardi saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Selasa.

Baca selengkapnya: Keluarga Yakin Rizky Belum Meninggal karena King Kobra, Tubuhnya Diletakkan di Halaman Rumah

Baca juga: 
Rizky Tewas Dipatuk Ular King Kobra yang Ditolongnya Saat Banjir
Keluarga Tak Percaya Rizky Tewas Dipatuk King Kobra, Jenazah Tak Dimakamkan

 

2. PKS Ancam Pecah Kongsi dengan Gerindra jika Tak Dapat Posisi Cawapres

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, berfoto bersama warga usai menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2018 di TPS 17, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Rabu (27/06/2018). Pilkada serentak kali ini diikuti 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota.KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, berfoto bersama warga usai menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Serentak 2018 di TPS 17, Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Rabu (27/06/2018). Pilkada serentak kali ini diikuti 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota.
Anggota Majelis Syuro PKS, Tifatul Sembiring, menyatakan, partainya lebih memilih pecah kongsi dengan Partai Gerindra jika kadernya tak ada yang dipilih menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

Ia mengatakan, saat ini memang banyak partai yang menghendaki kadernya menjadi cawapres pendamping Ketua Umum Gerindra itu.

Di antaranya ialah PAN yang menyodorkan Ketua Umum Zulkifli Hasan dan Demokrat yang mengusulkan Agus Harimurti Yudhoyono.

"Itu enggak bisa ditawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira saja dalam pilpres ini. Kalau kami disuruh dukung-dukung saja, mungkin enggak? Mungkin kami lebih baik jalan masing-masing saja," kata Tifatul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Karena itu, PKS membuka opsi berkoalisi dengan partai lainnya, seperti Demokrat, untuk meloloskan opsi cawapres dari partainya.

Apalagi, kata Tifatul, Pemilu 2019 berlangsung serentak antara pilpres dan pileg sehingga dibutuhkan kader partai sebagai capres atau cawapres untuk meningkatkan keterpilihan partai di legislatif.

Baca selengkapnya: PKS Ancam Pecah Kongsi dengan Gerindra jika Tak Dapat Posisi Cawapres

Baca juga: Gerindra: Kalau Ingin Calonkan Anies-Aher, Silakan Cari Parpol Pengusung

 

3. Lihat Warga Ajukan SKTM Pakai Motor 250 Cc, Priyanto Lapor Polisi

Priyanto Muda Prasetya (45), warga Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menunjukkan berkas pelaporan dugaan kecurangan penerbitan SKTM, Selasa (10/7/2018).‎KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO Priyanto Muda Prasetya (45), warga Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menunjukkan berkas pelaporan dugaan kecurangan penerbitan SKTM, Selasa (10/7/2018).‎
Priyanto Muda Prasetya (45), warga Kelurahan Mlangsen, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menduga ada yang tidak beres dalam penerbitan surat keterangan tidak mampu (SKTM) untuk penerimaan peserta didik baru (PPDB).

Merasa geram, Priyanto pun lantas melaporkan kasus dugaan pemalsuan dan penyalahgunaan SKTM itu ke Kepolisian Resor Blora.

"Kemarin saya melaporkan kasus dugaan pemalsuan dan penyalahgunaan SKTM ke Polres Blora," kata Priyanto kepada Kompas.com, Selasa (10/7/2018).

Dijelaskan Priyanto, kecurigaannya bermula ketika putranya, Gilang Wardana, mengikuti proses seleksi masuk PPDB di SMKN 1 Blora. Saat itu, Priyanto tidak menyertakan SKTM karena kondisi perekonomian yang berkecukupan.

Awalnya, anaknya itu dinilai bakalan lolos diterima menjadi siswa SMKN 1 Blora lantaran semua persyaratan, termasuk nilai akhir, dianggapnya sudah masuk kriteria.

"Namun, di hari berikutnya, anak saya tiba-tiba berada di urutan terbawah. Nilai akhir anak saya padahal 20, kalah dengan pendaftar yang menyertakan SKTM. Meski nilai 17 dan 18, tapi jika menggunakan SKTM peringkatnya berada di atas anak saya. Saya kemudian cabut pendaftaran anak saya dan pindahkan ke ponpes. Susah daftar di sekolah negeri," kata Priyanto yang berprofesi sebagai kontraktor ini.

Menurut Priyanto, nyaris 100 persen pendaftar di SMKN 1 Blora dari hari ke hari menyertakan SKTM. Dari kondisi itulah, Priyanto mengaku mulai merasakan ada sesuatu yang janggal.

Baca selengkapnya: Lihat Warga Ajukan SKTM Pakai Motor 250 Cc, Priyanto Lapor Polisi

Baca juga: Ganjar: Kalau Menipu Pakai SKTM Bisa Pidana Lho...

 

4. Luhut: 22 Tahun di Kopassus, Enggak Akan Saya Lacurkan...

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Pelabuhan Tigaras, Simalungun, Senin (2/7/2018)Dok humas Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan di Pelabuhan Tigaras, Simalungun, Senin (2/7/2018)
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengambil sikap pasang badan untuk Presiden Jokowi. Sebab, ia merasa Presiden Jokwi terus-terusan diserang dengan kritik tak berdasar mulai dari tenaga kerja asing (TKA) hingga utang pemerintah.

"Saya ini perwira 22 tahun di Kopasus, kami di daerah operasi Timtim, saya pertaruhkan semua," ujarnya di acara Sarasehan Nasional: Belajar dari Resolusi Konflik dan Damai Maluku, Jakarta, Rabu (11/7/2018).

"Masa saya bohongi anak buah saya yang sudah gugur-gugur itu, enggak lah. Umur saya 71 tahun, enggak akan saya lacurkan profesional saya, saya akan pertaruhkan," sambung dia.

Mantan Komandan Satgas Tempur Khusus Kopassus itu mengaku memiliki data valid seputar jumlah TKA hingga utang pemerintah.

Oleh karena itu, ia menyatakan tak main-main menantang orang-orang yang mengkritik Presiden Jokowi mulai soal TKA hingga utang pemerintah.

Baca selengkapnya: Luhut: 22 Tahun di Kopassus, Enggak Akan Saya Lacurkan...

Baca juga: Kritik Amien Rais untuk Jokowi, dari Kondisi Ekonomi hingga Demokrasi

 

5. Wajah Penyelam Pahlawan yang Selamatkan Tim Sepak Bola Remaja dari Goa

Sekelompok penyelam asing dan tentara AS berkumpul di area goa Tham Luang di distrik Mae Sai, provinsi  Chiang Rai, Thailand, pada Jumat (6/7/2018). (AFP/Lillian Suwanrumpha) Sekelompok penyelam asing dan tentara AS berkumpul di area goa Tham Luang di distrik Mae Sai, provinsi Chiang Rai, Thailand, pada Jumat (6/7/2018). (AFP/Lillian Suwanrumpha)
Para penyelam turut dalam upaya penyelamatan 12 remaja dan pelatih mereka yang tergabung dalam tim sepak bola dari gua di Thailand, berasal dari berbagai negara.

Sedemikian beragamnya asal para penyelam, operasi itu disebut berskala global meski Angkatan Laut Thailand juga turut andil.

Identitas orang-orang yang terlibat belum banyak tersebar, mengingat hanya sedikit di antara mereka yang mau berbicara.

Siapa saja mereka? Simak selengkapnya di Wajah Penyelam Pahlawan yang Selamatkan Tim Sepak Bola Remaja dari Goa

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com