Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemilik 10 Ular Piton, Rahasia Ular Jinak hingga Akrab dengan Tetangga (3)

Kompas.com - 11/07/2018, 07:16 WIB
Iqbal Fahmi,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

KEBUMEN, KOMPAS.com - Munding Aji (30), pemuda dari RT 002 RW 001 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, hidup berdampingan dengan 10 ular sanca raksasa peliharaannya setiap hari.

Ular jenis piton atau sanca batik (Pyton reticulatus) miliknya ini diberi nama-nama cantik, mulai dari Syahrini, Shelly, Jenny, Cindy, Vira, Amel, Rambo, dan Faldi. Rambo dan Syahrini sudah berusia 10 tahun, panjangnya sekitar 9 meter dan diameter perut 60 sentimeter.

Munding mengaku, jatuh cinta pertama kali dengan ular-ular raksasa itu dari foto Syahrini kecil. Dia lalu membelinya dengan harga Rp 300.000.

Baca selengkapnya: Perkenalkan, Ini Syahrini dan Rambo, Ular Piton Sepanjang 10 Meter dari Kebumen (1)

Setiap bulan, setidaknya Rp 3 juta dikeluarkannya untuk pakan ular-ular raksasa peliharaannya. Namun, dia tak pernah berniat menjual atau mengambil keuntungan dari ular-ularnya.

Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.
Dia bahkan pernah menolak tawaran Rp 150 juta untuk Syahrini.

“Kalau Syahrini tidak mungkin dijual, saya punya ambisi untuk memelihara ular-ular saya sampai sebesar yang saya bisa, kalau mungkin malah bisa untuk warisan anak cucu,” ungkapnya.

Baca selengkapnya: Cerita Pemilik 10 Ular Piton, Biaya Rp 3 Juta Per Bulan hingga Tolak Tawaran Rp 150 Juta untuk Syahrini (2)

Ada banyak cerita dan pengalaman unik yang Munding dapatkan selama 10 tahun berbagi hidup dengan ular.

Dari pengalaman itu, tak sedikit pelajaran tentang kearifan yang dapat dipetik oleh Munding dari para guru bijak berwujud ular.

Salah satu nilai yang Munding terima dari para ular koleksinya adalah tentang kesabaran. Dia bercerita, pernah beberapa kali tidak sengaja menginjak ularnya.

Sebagai hewan buas, dan insting membela diri, seharusnya ular tersebut memberikan gerak reflek dan Munding sudah mendapat serangan balik.

Namun tidak untuk ular-ular Munding. Syahrini dan kawan-kawan tak pernah sekalipun menyerang Munding dan para tamu ketika tidak sengaja menyakitinya.

“Saya kagum sama ular, kalau sudah jinak dia tidak akan menyerang apapun kecuali yang sudah jelas jadi makanannya setiap bulan. Jadi sama sekali sudah tidak berbahaya,” katanya.

Baca juga: Keluarga Tak Percaya Rizky Tewas Dipatuk King Kobra, Jenazah Tak Dimakamkan

Untuk mencapai tahap jinak seperti Syahrini, butuh waktu bertahun-tahun dan hanya bisa dibentuk jika memelihara ular dari saat mereka masih bayi atau berusia di bawah satu tahun.

Caranya adalah dengan membiasakan para ular ini berinteraksi dengan manusia sejak usia mereka masih bayi.

“Ibarat kita dapat waktu ular sudah sebesar lengan saja sudah tidak bisa jinak,” katanya.

Agresif saat lapar dan birahi

Munding mengungkapkan, ular sanca merupakan hewan yang tangguh dan tahan terhadap segala kondisi. Beberapa penyakit yang biasa menjangkit ular jenis retic ini hanya parasit ringan seperti kutu, jamur dan influenza.

“BKSDA pernah datang ke sini untuk meninjau, cuma ngobrol, karena sanca batik belum masuk spesies yang dilindungi,” ujarnya.

Baca juga: Cerita Pemilik 5 Ekor Ikan Arapaima, Biaya Rp 200.000 Per Hari hingga Didatangi Polisi

Seperti halnya masyarakat pada umumnya, Munding juga mengaku terkejut dengan berita ular memangsa manusia di Sulawesi. Suka atau tidak suka, kejadian tersebut pasti akan berdampak pada resistensi masyarakat terhadap hobinya mengoleksi ular raksasa.

“Saya pribadi melihat peristiwa di Sulawesi (ular memangsa manusia) hanya musibah saja. Sebab pada dasarnya, ular piton lebih memilih menghindari manusia,” katanya.

 

Bersambung ke halaman dua: Ular-ular itu agresif ketika lapar dan birahi...

 

Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Tiga di antaranya, seperti di foto, bernama Syahrini (di tangan kiri), Rambo (yang terkalung di leher) dan Shely (yang menjalar di tanah).KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Tiga di antaranya, seperti di foto, bernama Syahrini (di tangan kiri), Rambo (yang terkalung di leher) dan Shely (yang menjalar di tanah).
Meski demikian, lanjut Munding, pada kondisi tertentu seperti saat lapar atau birahi, tabiat ular akan lebih agresif. Dalam kondisi seperti ini, ular akan cenderung menyerang apa saja yang masuk dalam jangkauan terkam mereka.

“Mungkin saat korban lewat pas sekali berada di dalam jangkauan terkam,” katanya.

Munding memperkirakan usia ular yang memangsa manusia di Sulawesi baru berusia enam tahun. Sebab, ular dapat menelan obyek yang besarnya 10 kali lipat ukuran kepalanya.

“Ular sanca usia lima tahun saja sudah bisa menelan manusia dewasa, ketika sudah dililit, 90 persen akan fatal, karena semakin mangsanya meronta semakin kencang juga lilitannya, cukup lima menit mangsanya sudah lumpuh,” tuturnya.

Baca juga: Ternyata Rumahnya Besar dan Punya Mobil, Jadi SKTM-nya Kami Tolak...

Secara umum, lanjut Munding, habitat utama ular sanca atau piton sendiri adalah daerah yang lembap seperti ceruk tanah dan rawa-rawa. Hewan ini bersifat nokturnal atau aktif mencari makan pada malam hari.

Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Munding Aji (30), seorang pemuda dari RT 2 RW 1 Desa Gunungsari, Kecamatan Pejagoan, Kebumen, Jawa Tengah, mengoleksi 10 ular piton besar. Dua di antaranya bernama Syahrini dan Rambo.
Dia menyarankan ketika pergi ke hutan atau kebun untuk tidak menggunakan tangan kosong. Gunakankan tongkat dengan panjang 1,5 meter untuk menyibak semak-semak dan memastikan bahwa tidak ada hewan khususnya ular bersembunyi di baliknya.

Akrab dengan tetangga

Hobi memelihara ular, apalagi yang berukuran raksasa dalam jumlah yang banyak tentu bukan hobi yang murah.

Hitung saja, jika satu ular minimal membutuhkan pakan 10 ekor ayam dalam sebulan, maka Munding harus membeli minimal 100 ekor ayam atau merogoh kocek minimal Rp 3 juta untuk mengisi perut semua ular koleksinya.

Baca juga: Ganjar: Kalau Menipu Pakai SKTM Bisa Pidana Lho...

Meskipun biaya yang dikeluarkan setiap bulan cukup mahal, namun dia tak pernah sekalipun terlintas untuk mengambil keuntungan atau menjual ular-ularnya.

Siapa pun yang berkunjung ke rumahnya untuk melihat ular tidak perlu membayar. Tidak ada kotak sumbangan atau tiket. Pengunjung justru akan mendapat jamuan sebagai teman bercengkerama layaknya tamu pada umumnya.

“Saya sama sekali tidak punya motif ekonomi kalau soal pelihara ular, cuma ingin mengenalkan masyarakat kepada ular-ular saya,” katanya.

Salah satu pengunjung, Nurhayati (50), mengaku takut saat kali pertama melihat ular-ular Munding. Bahkan para tamu rombongan dari SD Kutosari 4 ini sempat berteriak histeris begitu masuk dari ujung gang.

“Soalnya belum pernah lihat yang sebesar ini. Jadi kaget. Waktu pegang saja keringat dingin keluar semua,” katanya.

Baca juga: Kisah Desy, Wanita Berhijab Penolong Anjing Liar, Kasih Sayang untuk Semua Makhluk (1)

Sementara itu, Faizah (17), tetangga Munding, sudah terbiasa dengan Syahrini dan kawan-kawan. Meski ukuran ular-ular Munding jauh lebih besar dari badannya, namun Faizah tak terlihat gentar sedikitpun saat berinteraksi dengan mereka.

Faizah nampak sudah terbiasa bercengkerama dengan Syahrini dan kawan-kawan dan ular pun juga nyaman berada di tangannya.

“Saya sejak kecil sudah biasa main dengan Syahrini,” ungkap Faizah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com