Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Sudah Tua, Saya Mau di Pengungsian sampai Gunung Agung Membaik" (2)

Kompas.com - 08/07/2018, 09:00 WIB
Caroline Damanik

Editor

AMLAPURA, KOMPAS.com - Bukannya tak ingin pulang. Para pengungsi di Kabupaten Karangasem, Bali, ingin sekali pulang. Namun, suara gemuruh yang menakutkan dari erupsi Gunung Agung yang terakhir pada Senin (2/7/2018) membayangi setiap waktu.

Kekhawatiran demi kekhawatiran masih membelenggu. Tak ada yang bisa mereka harapkan untuk menolong saat erupsi terjadi saat itu. Pemerintah pun tidak.

Di tengah ketakutan pada saat bencana terjadi, Kadek Wati (30) tunggang langgang sambil menggendong anaknya, Wayan Sutama sudah uzur, sedangkan Ni Nengah Sutiari (39) harus menyelamatkan anak dan neneknya.

Baca selengkapnya: Kisah Pengungsi Gunung Agung, antara Hasrat Pulang dan Suara Gemuruh yang Menakutkan (1)

Jalur evakuasi berlubang

Ni Nengah Budarma (75) juga mengaku tidak mau kembali ke rumahnya lantaran trauma dengan tragedi letusan tahun 1963. Wanita lima anak ini tak ingin tragedi serupa menimpanya sehingga pengungsian, baginya, adalah tempat paling aman.

"Saya sudah tua. Enggak punya apa-apa. Mungkin saya tetap di pengungsian sampai kondisi betul-betul membaik. Kemarin, lontaran api terlihat jelas sekali dari Kesimpar," tutur Budarma.

Sementara itu, Ni Wayan Latri (45) menambahkan, dirinya bersama keluarga memilih tinggal di pengungsian karena khawatir dengan kondisi Gunung Agung.

Baca juga: Bripka Wawan, Polisi yang Fotonya Viral Saat Tertidur Setelah Bertugas di Tol Cipali

Selain itu, infrastruktur juga belum bagus. Jalan-jalan banyak lubang dan berkerikil. Dia pun berharap jalan segera diperbaiki.

"Akses ini jalan utama evakuasi. Saya berharap jalan diperbaiki sehingga evakuasi bisa jalan lancar. Kemarin warga sempat menutup titik yang berlubang untuk mempermudah evakuasi," tambah Latri.

Berdasarkan pantauan di lapangan, sebagian pengungsi asal Kesimpar yang tinggal di UPTD Pertanian Rendang telah membangun hunian sementara (huntara) memakai bambu dengan dana swadaya.

Warga membangun huntara di bagian barat UPTD Pertanian, sedangkan di bagian utara dan selatan sudah ditanami cabe dan gumitir.

Bersambung ke halaman dua: Belum semua pengungsi bisa dijemput karena masalah komunikasi

 

Sejumlah warga asal Desa Sebudi mengungsi di Bale Banjar Wates Tengah, Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, Selasa (3/7/2018). Mereka masih ketakutan dengan erupsi yang disertai lontaran lava dan batu pijar.Tribun Bali/Saiful Rohim Sejumlah warga asal Desa Sebudi mengungsi di Bale Banjar Wates Tengah, Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangasem, Selasa (3/7/2018). Mereka masih ketakutan dengan erupsi yang disertai lontaran lava dan batu pijar.
Masalah komunikasi

Kalak BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa menuturkan, saat erupsi strombolian, Senin (2/7/2018) lalu, pihaknya bersama Basarnas, TNI/Polri sudah melakukan penjemputan pengungsi ke wilayah-wilayah zona rawan Gunung Agung.

"Tapi mungkin belum semua pengungsi kami bisa jemput saat itu karena masalah komunikasi," katanya saat dikonfirmasi, Jumat.

Baca juga: Kami Tidak Malu, Itu Anak Kami Pemberian Tuhan...

Sehari sebelumnya, Sekda Karangasem Gede Adnya Mulyadi menyatakan akan mengupayakan agar pengungsi kembali ke kampung halaman sesuai intruksi Menteri ESDM. Untuk infrastruktur yang rusak akan diperbaiki dengan anggaran dana dari Pemkab Karangasem.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Bagian Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana, mengatakan, pihaknya akan segera melakukan sosialisasi kepada pengungsi untuk kembali ke rumahnya. Saat ini, PVMBG masih menunggu dari Tim Satgas Erupsi Gunung Agung.

"Kapan pun diajak sosialisasi, PVMBG siap. Kami akan jelaskan bahwa zona berbahaya masih di bawah 4 kilometer," ujarnya.

Jumat kemarin, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bali, Dewa Indra, mendatangi Pos Pengungsian UPTD Rendang, untuk berkoordinasi dengan Pemkab Karangasem dan Pasebaya terkait penanganan pengungsi.

Baca juga: Kisah I Kadek Tantri Wulandari, Lahir di Tengah Bencana Gunung Agung

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Bali, Komang Kusuma Edi, yang mendampingi Dewa Indra mengatakan pihaknya beserta staf yang bertugas di lapangan, diperintahkan untuk terus mendistribusikan masker, mengecek ketersediaan logistik terutama beras, dan mem-backup BPBD Kabupaten Karangasem secara penuh dalam penanganannya di lapangan.

“Semua arahan sudah kami tindaklanjuti dengan langkah-langkah koordinasi dan komunikasi dengan Pemkab Karangasem,” kata Kusuma Edi, kemarin.

Pada Sabtu (7/7/2018), Menteri Sosial Idrus Marham dijadwalkan menemui pengungsi Gunung Agung di Posko Tanah Ampo, Kecamatan Selat, yang berjumlah 1.472 jiwa, tepatnya pada pukul 14.30 Wita. Kemudian pada pukul 16.30 Wita, Idrus berkunjung ke Posko UPDT Pertanian Rendang dengan jumlah pengungsi 809 jiwa.

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Pengungsi Gunung Agung: ‘Siapa Jamin Keselamatan Kami?’

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com