Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menaruh Harap pada Penyuluh Pertanian...

Kompas.com - 30/06/2018, 23:19 WIB
Reni Susanti

Penulis

Kompas TV Kelompok tani di Desa Rengas merupakan salah satu contoh keberhasilan peningkatan hasil panen dengan teknologi ramah lingkungan.

Pengamat Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Reginawanti Hindersah mengatakan, pada zaman Presiden Soeharto, jumlah penyuluh pertanian terhitung banyak.

Namun kini, saat dirinya ke lapangan, jumlah penyuluh pertanian kurang bahkan ada kalanya petani lebih pintar dibanding penyuluh pertanian.

Tapi bagaimanapun penyuluh pertanian penting. Mereka bisa menjadi agen perubahan di daerah tersebut.

Karena dari pengalamannya di daerah timur, untuk membantu petani kecil meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan, diperlukan agen perubahan.

Agen ini tidak bisa hanya datang 1-2 kali ke daerah tersebut untuk penyuluhan. Mereka harus tinggal dengan petani dan mengubah kebiasaan petani.

“Bukan soal baik atau buruk, tapi akses (petani kecil) terhadap induk pertanian, teknologi, inovatif kurang, sehingga kehadiran agen perubahan menjadi penting,” tuturnya.

Baca juga: Pupuk Bersubsidi Diberikan Jika Petani Tergabung dalam Kelompok Tani

Misal bertanam di lereng bisa erosi. Tanah bagian atas menjadi tidak subur karena terbuang ke bawah. Belum lagi persoalan hama, penggunaan pupuk, dan lainnya, bisa dibantu agen perubahan tersebut.

Reginawanti mengungkapkan, persoalan pertanian di Indonesia sangat kompleks, begitupun masalah ketahanan pangan.

Mulai dari kuantitas dan kualitas produk, alih fungsi lahan, SDM, akses terhadap teknologi, kesuburan tanah, sertifikasi dan kepemilikan lahan, konflik antar pendatang dan petani lokal, serta berbagai persoalan lainnya.

Untuk mengurai satu per satu persoalan kompleks ini dibutuhkan kerja sama berbagai pihak baik pemerintah, swasta, akademisi, dan lainnya.

Dalam beberapa hal di antaranya SDM dan pupuk, Pupuk Kujang berkomitmen untuk membantu para petani.

Manajer Komunikasi Perusahaan PT Pupuk Kujang Ade Cahya Kurniawan mengatakan, salah satu caranya, meningkatkan pengetahuan petani.

Pihaknya turun langsung ke lapangan untuk mensosialisasikan cara menggunakan pupuk dengan benar hingga komposisinya.

“Banyak petani yang belum mengetahui atau tidak mengikuti anjuran penggunaan pupuk. Ada yang berlebih menggunakan pupuk, ada yang tidak sesuai anjuran. Mengubah kebiasaan ini memang membutuhkan waktu, tapi tentunya tidak boleh menyerah,” ucapnya.

Ketersediaan pupuk sendiri terbilang aman. Beberapa waktu lalu, Pupuk Kujang melansir data, kapasitas produksi Pupuk Kujang untuk urea mencapai 1.140.000 ton per tahun, pupuk NPK 200.000 ton per tahun, pupuk organik 20.000 ton per tahun.

Angka tersebut melebihi kebutuhan pupuk untuk petani di kawasan Jawa Barat dan Banten. Bahkan stoknya mencapai 130 persen untuk memenuhi musim tanam petani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com