Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Verrianto Madjowa
Penulis

Pengamat kelautan dan perikanan. Menulis buku tentang Kelautan dan Perikanan, Bunaken, Tambang (2001), Open Data Pemilu (2015), Pemilu Gorontalo (2015), dan sejarah Gorontalo.

Tumbilotohe dan Bayang-bayang Kemiskinan di Gorontalo

Kompas.com - 17/06/2018, 08:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Gapura dua tingkat biasanya dibuat di depan masjid atau rumah-rumah keluarga raja, bangsawan dan pembantunya, sedangkan yang satu susun untuk rakyat.

Kreasi tumbilotohe terus mengalami perkembangan dalam dekorasi dan variasi. Lampu-lampu penerang sudah menggunakan bahan bakar minyak tanah, lampion, dan lampu hias dengan aliran listrik.

Lampu-lampu tidak hanya menghiasi pinggir jalan, tetapi juga di lapangan, halaman rumah, sawah dan lokasi lain.

Sebuah tradisi yang lama melekat akan terus dipercaya, seperti halnya tumbilotohe. Seperti digambarkan dalam tayangan di Kompas TV dan RTV, terlihat suasana semarak keindahan dan keunikannya.

Kemiskinan

Namun, semarak tumbilo tohe ini belum sejalan dengan kehidupan penduduknya. Sejak lepas dari Sulawesi Utara dan menjadi provinsi sendiri 18 tahun lalu, Gorontalo masih dalam bayang-bayang kemiskinan.

Angka kemiskinan di Gorontalo masih tercatat 17,63 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penduduk miskin secara nasional.

Karena itu, Presiden Joko Widodo menyoroti dan mengingatkan masalah kemiskinan di Gorontalo (Kompas [6/6/2017], Kontan [6/6/2017], dan Republika [7/6/2017]).

Jokowi mengatakan, berdasar data yang dimilikinya, tingkat kemiskinan di Gorontalo mencapai 17,63 persen dari total penduduk daerah tersebut.

Di sisi lain, tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut sepanjang 2016 berhasil menembus 6,52 persen atau jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 5 persen.

"Ini peringatan, pertumbuhan ekonomi tinggi saja ternyata belum cukup atasi kemiskinan," kata Presiden.

Atas dasar itulah, Jokowi meminta kepada pemerintah daerah Gorontalo untuk memaksimalkan upaya pengentasan penduduk dari kemiskinan.

Nilai-nilai

Sejak dulu hingga kini, tumbilo tohe masih memiliki nilai-nilai gotong royong, kebersamaan, saling membantu, dan kegembiraan. Nilai-nilai ini di Gorontalo dikenal dengan huyula atau kerja sama sosial tanpa pamrih, ikhlas berkorban, dan mendahulukan kepentingan umum.

Selain itu, hubungan ini memiliki nilai awota atau persaudaraan, rasa menyatu. Bilohe atau rasa persaudaraan. Hiimbunga atau kelompok orang bekerja sama dan heayia atau sumbang menyumbang ketika masyarakat melaksanakan hal yang menggembirakan.

Nilai-nilai ini seharusnya menjadi modal dalam menggerakkan kehidupan yang lebih baik di Gorontalo. Namun, nilai-nilai ini tidak utuh dan hanya pada perayaan tertentu, seperti pada tumbilotohe.

Mengapa pemerintah di daerah mampu membuat tumbilotohe yang begitu semarak, tetapi belum mampu mengentaskan kemiskinan di Gorontalo?

Setiap tahun ada tumbilo tohe, tiga hari sebelum perayaan Idul Fitri. Biaya yang habis untuk kegiatan ini miliaran rupiah. Biaya ini ada yang dianggarkan pemerintah di daerah, ada pula partisipasi warga.

Tanpa menghilangkan makna dan nilai-nilai tumbilotohe, bagaimana bila biaya tumbilotohe tersebut digunakan untuk pengentasan kemiskinan di Gorontalo?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com