Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Maleman Masyarakat Jawa Tondano Menyongsong Lailatul Qadar

Kompas.com - 07/06/2018, 20:16 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Tanah subur di tempat tinggal mereka telah memberi banyak hasil bumi untuk mencukupi kebutuhan hidup, dan sisanya disimpan sebagai tabungan.

Baca juga: Suku Jawa Tondano Merajut Silaturahim dalam Bingkai Budaya

Di manapun orang Jawa Tondano berada, tradisi ini terus dikembangkan. Kini orang Jawa Tondano sudah berpencar di berbagai daerah, tidak hanya di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.

Mereka telah mengembangkan komunitasnya ke luar daerah, seperti di Desa Bojonegoro di Kabupaten Minahasa Selatan, Desa Ikhwan Kabupaten Bolaang Mongondow, Desa Yosonegoro, Kaliyoso, Reksonegoro, Mulyonegoro, Rejonegoro, Bandungrejo di Kabupaten Gorontalo.

Tradisi maleman

Tradisi maleman adalah tradisi lama yang dibawa para mbah dari Tanah Jawa. Mereka melestarikan tradisi ini awalnya di tepian Danau Tondano, Minahasa, tempat mereka dibuang pemerintah kolonial Belanda usai Perang Diponegoro tahun 1830.

Kiyai Mojo beserta anaknya Gazali yang baru berumur 6 tahun serta 62 pengikut setia yang semuanya kaum pria ini menjadi pelaku maleman pertama kali di tanah yang berawa-rawa jauh dari tempat asal mereka.

Kaum wanita, para gadis Minahasa yang dinikahi kombatan Perang Jawa ini juga terlibat aktif dalam budaya yang masih baru bagi mereka. Mereka turut membantu memasak dan menyiapkan semua keperluannya.

Dalam pengawasan pemerintah kolonial yang ketat, masyarakat Jawa Tondano tidak lagi menampilkan sosok prajurit perang seperti yang mereka lakukan sebelumnya saat Perang Jawa berkobar.

Baca juga: Menikmati Ambeng dan Iwak Koko Saat Meludan Masyarakat Jawa Tondano

Sekarang mereka lebih memikirkan kelangsungan hidup yangs saat itu tidak mudah dijalani. Tanah rawa yang tidak layak huni harus diakrabi agar bisa memberi daya hidup sehari-hari bagi mereka. Tidak mudah menjalani kehidupan di tanah buangan ini.

Berkat kearifan dan hubungan baik dengan masyarakat lokal, mereka dapat mengembangkan kehidupan sedikit demi sedikit, termasuk melestarikan tradisi maleman yang mereka bawa dari negeri asal, Jawa.

Generasi awal masyarakat Jawa Tondano, anak-anak hasil pernikahan suku Jawa dan Tondano ini kemudian menjadi pewaris tradisi maleman yang diturunkan hingga ke generasi saat ini.

Tradisi yang dibawa dari Tanah Jawa ini kemudian tumbuh dan berkembang di Semenanjung Minahasa seiring persebaran masyarakat Jawa Tondano.

Saat azan magrib terdengar, bergegas anak-anak Jawa Tondano yang berkulit putih bersih menuju masjid Al-Falah. Mereka mengiringi orang tuanya yang membawa ancak. Aroma ayam panggang yang penuh rempah tercium sepanjang jalan.

Baca juga: Museum Budaya Jawa-Tondano Segera Berdiri di Gorontalo

Ramadhan segera berakhir, masyarakat Jawa Tondano makin larut dalam kekhusukannya, mereka meneruskan tradisi tirakat seperti yang mereka jalani di Jawa sebelumnya, mengekang hawa nafsu, hidup sederhana penuh syukur dan menguatkan fondasi akidah generasi baru yang akan mewarisi tradisi santri mereka.

Bagi mereka, maleman bukan sekadar pesta ayam panggang dan lainnya, ada nilai spiritual yang dijalani untuk menjadi manusia paripurna. Salah satunya adalah menjumpai malam lailatul qadar, di mana amal ibadah manusia akan dilipatgandakan.

Lailatul qadar adalah malam istimewa, hanya turun pada Bulan Ramadan, namun tidak ada yang tahu kapan hari tepatnya. Misteri ini harus disambut dengan persiapan ruhiyah yang matang agar memperolah keberkahan malam seribu bulan ini.

Maleman adalah tradisi agraris masyarakat Jawa yang  tetap lestari di Sulawesi hingga kini.

Aroma panggang ayam masih tercium keharumannya, menyemangati sebagian kaum muda yang masih mengaji di masjid.

Malam terasa syahdu, hening, langit cerah dan perasaan nikmat tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Inikah malam lailatul qadar itu?

Kompas TV Festival Tanglong dan Bagarakan Sahur menjadi agenda wajib saat Ramadan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com