Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Warga Gorontalo: Mandi Rempah Menyambut Ramadhan

Kompas.com - 19/05/2018, 19:00 WIB
Rosyid A Azhar ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

“Itu dulu, sekarang sudah tidak ada cemoohan begini,” kata Martin Ali sambil tertawa renyah.

Bongo yiladu memang dikhususkan untuk merawat diri sehingga proses pembuatannya harus lebih hati-hati agar bisa mendapatkan aroma yang paling harum.

Siapa yang melakukan tradisi bongo yiladu akan tercium harum dari kejauhan, dan ini akan menyenangkan orang di sekitarnya.

Sedangkan perlakuan untuk perlengkapan ibadah seperti sajadah, baju, cipu (mukena), sarung, atau bahkan sprei dan kain lainnya, masyarakat Gorontalo sudah menyiapkan tradisi Langgilo, yaitu merendam perlengkapan tadi ke dalam ramuan khusus yang tidak jauh beda dengan bongo yiladu.

“Untuk langgilo, bahan yang digunakan adalah daun jeruk, kelapa parut, daun pandan, kulit jeruk, onumo,  sereh, daun ulu-ulu, dan daun kunyit,” ujar Martin Ali.

Bedanya, bahan dan rempah dalam prosesi langgilo ini direbus hingga mengeluarkan aroma yang harum. Air rebusan ini kemudian digunakan untuk merendam perlengkapan agar mendapatkan bau yang wangi dan segar.

Diakui Martin Ali, untuk mendapatkan bahan-bahan yang digunakan saat ini tidak semudah dulu. Sekarang tradisi ini mulai ditinggalkan sejak ada produk pabrikan seperti berbagai jenis sabun atau sampo.

Pada masa gadisnya, Martin Ali mendapatkan paket rempah-rempah ini di Pasar Kamis di Tapa. Para petani dari dataran tinggi yang berangkat ke Tapa membawa rempah-rempah ini. Satu paket ini sudah berisi semua bahan yang diperlukan.

Baca juga: Tradisi Jalan Kaki Masyarakat Bonokeling di Banyumas dalam Menyambut Ramadhan

“Bongo yiladu dan langgilo bukan proses yang menggunakan bahan kimia, semua memakai tanaman tradisional,” kata Martin Ali.

Tradisi Bongo yiladu dan langgilo merupakan kekayaan budaya Gorontalo, yang menjadi bagian penting budaya Indonesia.

Tanah yang subur, rempah yang berlimpah dan tradisi luhur nenek moyang mewariskan kebiasaan yang baik dari generasi ke generasi di setiap awal Ramadan.

Martin Ali kembali merajang dedaunan rempah yang ia kumpulkan dari kebun belakang ruamhnya. Di halaman depan dan samping rumah, segala tanaman hias yang dirawatnya tumbuh subur, seperti taman firdaus di bumi Gorontalo.

Kesejukan dan udara segarnya memberi kenyamanan siapa saja yang melewati rumah ini. Huntu Selatan yang permai, negeri para petani yang penuh syukur.

Ramadan adalah bulan penuh anugrah, bulan penuh ampunan, di bulan ini Martin Ali dan keluarganya menyajikan yang spesial, yang hanya ada saat Ramadhan tiba.

Sayup-sayup suara azan terbawa angin dari kejauhan, Martin Ali bergegas pamit menuju masjid, sekelabat ia mengenakan cipu putihnya, meninggalkan bau harum semerbak wangi.nBersama Muhammad Ahmad (65), suaminya, mereka menyusuri jalan kampung dinaungi pepohonan penyejuk.

Pesona tradisi mengolah rempah-rempah Gorontalo, memuliakan kehidupan di dunia untuk meraih akhirat yang kekal. Marhaban ya Ramadhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com