Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Unik Dusun Sade, Melulur Lantai dengan Kotoran Ternak

Kompas.com - 07/05/2018, 11:15 WIB
Kontributor Lombok Tengah, Lalu M. Syamsul Arifin,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Kompas TV Warga di desa Nagrak punya tradisi turun - temurun untuk menyambut tamu.

Adapun kotoran ternak yang digunakan sebagai bahan pelulur lantai adalah kotoran yang tidak asal kotoran ternak. Kotoran ternak yang dipilih adalah kotoran kerbau atau sapi. Dan, kotoran ternak tersebut haruslah kotoran pertama ternak, di pagi hari.

Alasannya, kotoran ternak di pagi hari masih segar, tidak menguarkan aroma menyengat dan belum dikerubuti lalat.

"Yang dipilih itu kotoran sapi atau kerbau. Tapi diutamakan kotoran kerbau. Dan, harus diambil pagi-pagi. Harus dipilih kotoran yang pertama, yang masih segar dan yang masih hijau. Kalau yang sudah lama itukan baunya tidak enak dan ada lalatnya," terang Inak Lip.

Tradisi unik

Meski bahan utama yang dipergunakan melulur lantai rumah adat di Sade adalah kotoran ternak, tetapi baik warga Sade maupun wisatawan yang berkunjung tidak menganggapnya sebagai hal yang menggangu.

Baca juga : Merawat Kerukunan Melalui Tradisi Sadranan

Sebaliknya tidak jarang pengunjung menilai, melulur lantai dengan kotoran ternak sebagai suatu tradisi yang unik, yang bisa menimbulkan rasa penasaran.

Seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (26), wisatawan asal Surabaya.  

"Ya, saya sudah tahu itu dari TV dan internet. Unik mas. Jadi penasaran aja, makanya saya datang ke sini. Saya tadi masuki dua rumah warga, bentuk bangunannya hampir sama semua.  Berbilik pagar, pintunya pake kuri, atap ilalang, dan lantainya dari tanah. Lantai-lantainya tidak menjijikan. Saya malah sempat foto-fotoan di dalam," kata Suparlan.

Lebih suci dari kotoran sapi

Bagi masyarakat Dusun Sade, tradisi melulur lantai tidak hanya sebatas keperluan untuk merawat lantai rumah mereka agar terhindar dari keretakan atau untuk menangkal debu saja.

Menurut penuturan Senem, melulur lantai dengan kotoran ternak merupakan bagian dari ritual yang harus dilaksanakan masyarakat Sade, terlebih dahulu sebelum menjalankan beberapa tradisi keagamaan seperti ziarah makam wali dan zikiran di siang hari.

"Misalnya, seperti sebelum berziarah ke Makam Wali Nyatok, sebelum berziarah ke Makam Gunung Kiangan, sebelum berziarah ke Makam Batu Denden dan sebelum mengadakan roah kelemak (zikiran siang hari), masyarakat yang bersangkutan sudah harus melulur rumah mereka dengan kotoran kerbau terlebih dahulu,"  tutur Senem.

Meskipun peraktik ini tidak biasa, masyarakat Sade cenderung tidak mempertanyakan warisan tradisi yang sudah mengakar di tempat mereka. Bagi mereka, apapun ajaran peninggalan yang dianggap suci dan sakral oleh nenek moyangnya, semuanya akan tetap dilanjutkan.

"Apapun yang dianggap sakral dan suci oleh orang tua atau pendahulu kami, ya kami harus laksanakan," kata Senem.

Menurut Senem, belumlah dianggap sempurna ziarah atau zikiran mereka jika belum melulur lantai rumah mereka dengan kotoran ternak.

Baca juga : Tradisi Manten Tebu di Awal Musim Giling Pabrik Gula

Sama halnya dengan memilih kotoran kerbau atau kotoran sapi sebagai bahan melulur lantai rumah.

Menurut Hariadi (31), pemandu wisata Dusun Sade, melulur lantai rumah dengan kotoran kerbau lebih suci daripada dengan kotoran sapi.

"Rumah warga belum dianggap suci jika melulur lantainya dengan kotoran sapi,  tapi baru dianggap suci jika lantainya telah dilulur dengan kotoran kerbau," kata Hariadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com