Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tradisi Manten Tebu di Awal Musim Giling Pabrik Gula

Kompas.com - 06/04/2018, 17:49 WIB
Markus Yuwono,
Reni Susanti

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Giling tebu di pabrik gula Madukismo, Dusun Padokan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta, memiliki tradisi unik saat pertama kali melakukan giling tebu.

Tradisi tersebut yakni menikahkan dua batang tebu sebelum masuk ke penggilangan. Tradisi yang digelar setiap tahun ini disebut Cembengan.

Tradisi pernikahan tebu ini bak pernikahan manusia. Dua batang tebu pria dan wanita diberi nama Kyai Sukro dan Nyai Manis dinikahkan di Masjid An-Nur. Ijab kabul pernikahan temanten tebu ini juga memakai mahar yakni sebesar Rp 82.000.

Direktur PT Madu Pabrik Gula PS Maduksimo, Rahmad Edy Cahyono mengatakan, tradisi cembengan digelar setiap tahunnya. Tradisi tersebut digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula tahun ini.

(Baca juga : Perang Api, Tradisi Menyambut Nyepi di Lombok)

 

"Filosofi mengawinkan Kyai Sukro dan Nyai Manis diharapkan dapat memberikan keturunan berupa tanaman tebu yang banyak dan berkualitas," tuturnya di Bantul, Jumat (6/4/2018).

Rahmad menjelaskan, proses giling rencananya akan dimulai Kamis (26/4/2018) dan diharapkan selesai akhir Oktober 2018. Jumlah tebu yang akan digiling di tahun 2018 diperkirakan sebanyak 503.880 ton.

"Penggilingan akan dilakukan selama kurang lebih 173 hari, dengan kapasitas giling rata-rata 3 500 ton perhari," jelasnya.

Tebu ini berasal dari tanaman tebu rakyat di 10 kabupaten di wilayah DIY dan Jawa Tengah, dengan luas 7.599 hektar. Kesepuluh kabupaten itu yakni Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, Magelang, Temanggung, Purworejo, Kebumen, Sragen, dan Purbalingga.

(Baca juga : Sejak Kapan Ada Tradisi Kredit Kendaraan Motor di Indonesia?)

 

Ia memperkirakan proses giling akan menghasilkan 50.000 ton raw sugar  atau 46.000 ton gula pasir.

"Gula yang dihasilkan akan di distribusikan untuk masyarakat DIY dan Jateng bagian selatan, dengan total kebutuhan 136.000 ton pertahunnya," ucapnya.

Saat kirab temanten tebu berlangsung, hujan turun. Hal tersebut tidak menyurutkan niat para peserta kirab dan masyarakat yang menyaksikannya. Salah seorang Warga Bantul, Hadi mengaku, setiap tahun menyaksikan tradisi unik ini.

"Ya sekalian melepas penat di tengah rutinitas mas," pungkasnya.

Kompas TV Begawi Adat adalah seremoni untuk memberi gelar adat kepada pengantin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com