Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merawat Kerukunan Melalui Tradisi Sadranan

Kompas.com - 14/04/2018, 07:33 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

UNGARAN, KOMPAS.com - Ratusan warga di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jumat (13/4/2018) pagi, menggelar tradisi Sadranan.

Tradisi setahun sekali yang berlangsung secara sederhana ini merupakan simbol kerukunan masyarakat.

Sebagai puncak acara, warga melakukan makan bersama di areal pemakaman umum desa setempat.

Tradisi Sadranan di desa Kalongan berlangsung setiap jumat pon pada bulan Rajab, atau satu bulan sebelum datangnya bulan puasa.

Kepala Desa Kalongan Yarmuji mengatakan, nyadran merupakan media efektif untuk menjalin silaturahmi antarwarga.

"Karena yang biasanya malas kumpulan, kalau nyadran pasti datang hadir. Yang mangkel-mengkel (kesal) pun akhirnya ketemu di sini, makan bareng berdoa bareng. Ini bagian dari merawat NKRI dari kelompok yang terkecil," kata Yarmuji.

Tradisi Nyadran di Desa Kalongan meski sederhana namun berlangsung khidmat. Warga, tua muda, laki-laki dan perempuan berkumpul di pemakaman umum desa.

Sehari sebelum nyadran, warga sudah bergotong-royong membersihkan lahan di sekitar area makam untuk pelaksanaan acara ini.

Setiap keluarga yang datang membawa makanan berupa nasi dan aneka makanan berupa nasi dan lauk pauk serta ayam panggang.

Selain makanan, warga juga membawa bunga untuk keperluan nyekar dan uang sedekah yang dikumpulkan untuk menyiapkan ubo rampe dan biaya pemeliharaan makam.

"Masakan khasnya adalah setiap orang membawa ayam panggang satu ekor utuh," ujarnya.

Menurut Yarmuji, tradisi nyadran ini selain efektif sebagai media silaturahmi, juga ada keyakinan yang mendasari warga desa ini tetap setia melestarikan tradisi ini. Yakni adanya keyakinan tidak akan mendapatkan berkah hidup, baik warga yang berprofesi sebagai petani atau pekerjaan lainnya selama satu tahun mendatang, jika tidak datang dalam acara nyadran.

Maka warga menjadikan acara Nyadran ini sebagai agenda yang tidak bisa ditinggalkan. "Kan takut kualat. Kalau gak nyadran gak panen," tandasnya.

Acara Nyadran ini diawali dengan berdoa di makam leluhur, sambutan kepala desa, ceramah tokoh agama, tahlil dan diakhiri makan bersama.

Suasana kebersamaan antarwarga ini terlihat sekali saat warga makan bersama. Mereka duduk berjajar salaing berhadapan membuat barisan memanjang. Sementara nasi dan aneka lauk pauk ditata di atas daun pisang. Ayam panggang yang dibawa oleh setiap kepala keluarga dan dipotong-potong agar semua kebagian.

"Tadi saat sambutan, kami sampaikan bahwa tradisi ini bisa menjadi salah satu modal Desa Kalongan untuk menjadi desa wisata berbasis eko wisata dan budaya," tuntasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com