Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alkisah Sudiyono, Buruh Tani Penjaga Cita-cita Anaknya yang Cacat Ganda Ingin Jadi Tukang Batu

Kompas.com - 05/04/2018, 14:28 WIB
Dani Julius Zebua,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

Dua kecacatan

Yuli termenung di teras depan kelasnya di 7C/D1. Ia menatap teman-temannya yang lalu lalang di kejauhan. Ia baru saja menyelesaikan mata pelajaran olahraga, yaitu memainkan bola besi yang biasa dipakai di cabang atletik tolak peluru.

Yuli bocah yang ramah. Ketika didekati, Yuli menunjukkan senyum lebar yang memperlihatkan giginya. Sayang, di wajahnya banyak bercak kuning bekas ingus yang mengering, tapi itu tidak mengganggu. Sejumlah temannya tetap menyapa ramah dirinya.

"Belum bisa nulis," kata Yuli ketika ditanya keinginannya untuk hari depan. Ia tidak menjawab secara tepat pertanyaan itu.

Wali Kelas 7C dan D1, Andri Aryanto, mengatakan bahwa Yuli merupakan penyandang dua kecacatan, yakni tunadaksa dan IQ yang berada di bawah rata-rata.

Yuli masuk SLB Panjatan dua tahun lalu. Kondisinya memprihatinkan ketika itu. Ia tampak jorok, bajunya selalu kotor, dan tidak rapi, juga banyak hal yang belum bisa dilakukan.

Namun, dua tahun di SLB ini, Yuli menampakkan banyak perubahan. Setidaknya sekarang penampilannya lebih rapi, bajunya selalu bersih. Namun, soal pengetahuan, ia memang masih tertinggal.

Pada usianya kini, Yuli baru bisa menangkap dan mengingat hal-hal sederhana saja. Walau begitu, keberhasilan menangkap dan mengingat hal sederhana seperti itu adalah kemajuan besar dalam hidup Yuli.

"Dia mulai tahu wilayah Yogyakarta, secara sederhana. DIY itu terdiri dari daerah apa saja. Memang terbatas," kata Andri.

Menurut Andri, kekurangan Yuli yang lain adalah dari sisi hitung-menghitung, menulis, dan membaca. Masih perlu proses panjang bagi Yuli untuk memiliki kemampuan itu.

"Memang harus pembelajaran secara tematik. Misal, sekolah ada kantin. Yuli, belikan es. Kembali Rp 1.000. Seolah pelajaran IPS, tapi belajar di warung. Kita bisa membeli sambil belajar jujur, sekaligus berlatih belanja," ucapnya.

Baca juga: Gadis Tunagrahita yang Mampu Desain Baju Pengantin Idolakan Ivan Gunawan

Pengajaran bagi tiap anak penyandang cacat tentu berbeda antara seorang siswa dan siswa lainnya. Anak yang menyandang dua kecacatan seperti Yuli berarti memerlukan usaha ekstra dalam mendidik.

Pada umumnya, semua upaya pengajaran di sekolah ditujukan untuk kemandirian hidup sehari-hari, seperti mandi sendiri, mencuci baju, gelas, sendok, hingga menyapu. Termasuk juga keterampilan yang bisa mendukung masa depannya.

Khusus untuk Yuli, menurut Andri, sekolah mengajarkan kebiasaan dan pekerjaan rutin agar ia memiliki kemandirian umum.

Adapun soal masa depan, Yuli diajarkan keterampilan yang terkait dengan kehidupan orangtuanya di dunia pertanian. Ia belajar menanam kacang hingga lombok.

"Harapannya, ia bisa membantu orangtuanya yang seorang petani," ujar Andri.

Tidak hanya itu, siswa seperti Yuli juga dibekali keterampilan untuk berwirausaha. Lagi-lagi semua terkait dengan kehidupan keluarganya yang seorang petani.

"Kami akan mengajarkan ternak ayam kampung. Semua agar bisa sinkron dengan keluarganya yang petani," ungkap Andri.

Legima, pria berkumis yang baru dipromosikan menjadi Kepala SLB di Kecamatan Kalibawang, Kulon Progo, mengungkap, sekolah mengajari anak yang menyandang lebih dari satu kecacatan dengan memperhatikan kecacatan yang paling dominan.

Kemudian, pengajaran diarahkan pada anggota tubuh mana yang bisa dimaksimalkan.

Yuli memiliki kemampuan dominan pada tangan. Dengan tangan itulah Yuli bisa menggapai masa depannya nanti.

Sekolah telah mengajarkan bina diri dan bina gerak ini dan terus membiasakannya sepanjang muridnya sekolah. Dengan mampu rutin melakukan banyak hal, Yuli mempunyai peluang menggapai masa depan apa pun yang diinginkan.

Tangan Yuli itulah yang nanti membawa dirinya pada masa depan tersebut.

"Melakukan rutinitas dengan tangan yang diandalkan," kata Legima.

Kompas TV Keluar dari sekolah dasar karena kerap diejek oleh temanya tidak menjadikan gadis tunagrahita dari Pekalongan, Jawa Tengah ini putus asa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com