Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Ijen, dari Kontroversi Toilet hingga Dipromosikan Para Menteri

Kompas.com - 28/03/2018, 14:13 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Gunung Ijen yang berada di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso selama ini dikenal dengan pesona bluefire atau api biru di dasar kawahnya.

Bahkan pesonanya tersebut menarik perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. Keduanya bersama rombongan mendaki Gunung Ijen, Jawa Timur, Jumat (2/3/2018).

Bahkan kedua menteri tersebut sempat membuat video ajakan untuk menikmati keindahan kawah Gunung Ijen.

Pendakian ke Gunung Ijen dilakukan dalam rangka meninjau persiapan Banyuwangi sebagai salah satu destinasi wisata dalam agenda Voyage to Indonesia, Annual Meeting International Monetary Fund-World Bank (AM IMF-IB) 2018 di Denpasar, Bali.

(Baca juga : Sri Mulyani: Ga Nyesel ke Gunung Ijen, Kawahnya Spektakuler... )

Namun tidak ada yang menyangka, jika Rabu (21/3/2018) malam, sejumlah warga yang tinggal di tiga dusun Desa Kalianyar, Kecamatan Bondowoso, harus dilarikan ke sejumlah puskesmas dan rumah.

Mereka menghirup gas beracun yang keluar dari kawah Gunung Ijen yang mengikuti aliran Sungai Kalipait.

Bahkan Kamis (22/3/2018) dini hari, sekitar 200 orang mengungsi ke kota kecamatan Ijen yang berjarak sekitar 12 kilometer dari Gunung Ijen untuk menyelamatkan diri dari gas beracun tersebut.

Total, 25 warga yang dirawat di Puskesmas Ijen. Sedangkan dua lainnya dilarikan ke RSUD Bondosowo karena kejang dan tidak sadarkan diri.

Korban gas beracun Gunung Ijen dirawat di Puskesmas Ijen, Bondowoso, Jawa Timur, Kamis (22/3/2018) dini hari. Sebanyak 27 warga lereng Gunung Ijen di tiga dusun yaitu, Dusun Margahayu, Dusun Watu Capil dan Dusun Curah Macan, Desa Sempol mengungsi dan dirawat di Puskesmas Kecamatan Ijen akibat terpapar gas beracun.ANTARA FOTO/SENO Korban gas beracun Gunung Ijen dirawat di Puskesmas Ijen, Bondowoso, Jawa Timur, Kamis (22/3/2018) dini hari. Sebanyak 27 warga lereng Gunung Ijen di tiga dusun yaitu, Dusun Margahayu, Dusun Watu Capil dan Dusun Curah Macan, Desa Sempol mengungsi dan dirawat di Puskesmas Kecamatan Ijen akibat terpapar gas beracun.

Munculnya Gas Beracun

Gas beracun tersebut muncul dari bualan atau letupan di kawah Gunung Ijen. Letupan tersebut muncul karena air hujan yang membuat permukaan kawah yang panas menjadi dingin. Letupan di dalam kawah atau bualan itu yang membawa material gas vulkanik.

"Bualan ini keluar bukan hanya pada malam hari, tapi siang hari juga. Tapi kalau siang hari, gasnya langsung terurai oleh matahari. Yang bahaya ya malam hari karena tidak kelihatan secara langsung," jelas Bambang Heri Purwanto, Kamis (22/3/2018).

Bualan itu muncul selama 938 detik atau sekitar 15 menit pada Rabu (21/3/2018) pukul 19.13 WIB. Letupan tersebut kemudian menghantam tebing pinggiran kawah sehingga mengeluarkan suara cukup keras semacam ledakan.

"Gas beracun yang turun mengikuti arah angin dan aliran sungai itulah yang dihirup oleh warga yang tinggal di bantaran Sungai Kalipait, sehingga mereka kesulitan bernapas," jelas Heri.

Save Kawah Ijen

Gunung Ijen juga sempat menjadi perhatian publik setelah foto jalur pendakian Gunung Ijen Banyuwangi yang bolong-bolong serta terlihat beberapa tiang pancang bangunaan di tengah jalur pada November 2017. Foto tersebut beredar di linimasa Instagram dan Facebook.

Bahkan fotografer Senior Arbain Rambey di akun Facebook miliknya, Arbain Rambey Kedua, juga mengunggah tiga foto keadaan puncak Gunung Ijen dengan keterangan foto, "Berbahagialah yang pernah ke Ijen sebelum ada perusak pemandangan ini".

Saat itu Kepala Balai Besar BKSDA Jawa Timur, Ayu Dewi Utari yang berkunjung ke Banyuwangi, Senin (23/10/2017), menjelaskan total anggaran untuk membangun sarana dan prasarana di wilayah Paltuding hingga ke puncak Gunung Ijen sebesar Rp 13 miliar.

 

Pembangunan akan berlangsung 2 tahun, dengan anggaran bertahap. Pada 2017, dana yang dianggarkan dari Rp 13 miliar, sebanyak Rp 6 miliar. 

(Baca juga : Sempat Sesak Nafas dan Muntah, 2 Korban Gas Beracun Ijen Pulang dari RS )

Beredarnya foto-foto keadaan jalur pendakian Gunung Ijen yang berlubang mendapatkan reaksi dari warganet.

Mereka menandatangani petisi "Save Kawah Ijen, Stop Pembangunan di Puncak". Petisi yang digagas oleh Sea Soldier Banyuwangi ini telah ditandatangani ribuan orang sejak dibuat pada Kamis (2/11/2017).

Dalam petisi tersebut dijelaskan, Kawah Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang berada di perbatasan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, Jawa Timur. Gunung yang terkenal dengan kawah hijau tosca dan blue fire (api biru) ini menjadi salah satu magnet wisata di Jawa Timur.

Kawasan Gunung Ijen adalah taman wisata alam yang berdampingan dengan cagar alam.

Luas taman wisata alam di Kawah Ijen hanya sekitar 93 hektar, sedangkan sisanya merupakan cagar alam. Kawasan Gunung Ijen juga merupakan tempat berbagai biota yang dilindungi, seperti elang jawa dan beberapa tanaman langka.

"Karena berdampingan dengan cagar alam itulah, sangat tidak tepat jika Ijen dijadikan wisata massal (mass tourism), termasuk dengan masifnya pembangunan di sana. Bahkan hingga puncak Gunung dekat dengan kawah," jelas Putri, dari Sea Soldier Banyuwangi, Senin (6/11/2017).

Petisi tersebut dikirimkan ke Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Kementerian Pariwisata, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, serta Gubernur Jawa Timur.

Namun meskipun menjadi kontroversi, bangunan toilet tersebut tetap dibangun di puncak Gunung Ijen.

Kondisi terakhir, setelah sepekan mengeluarkan gas beracun, pendakian Gunung Ijen masih ditutup baik untuk penambang ataupun wisatawan.

"Penutupan pendakian kami lakukan hingga batas waktu yang belum ditentukan. Jika semua normal akan segera dibuka kembali," jelas Kepala BKSDA Wilayah V Banyuwangi, Sumpena saat dihubungi Kompas.com Selasa (27/3/2018).

Kompas TV Warga terdampak gas beracun Kawah Ijen, Bondowoso, Jawa Timur, sudah kembali ke rumah masing-masing.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com