Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Berkah Berubah Jadi Petaka Bagi Warga Kampung Nelayan Pulau Buru

Kompas.com - 17/03/2018, 19:44 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Pencemaran limbah mercuri dan sianida jelas sangat dirasakan dampaknya oleh warga Desa Kaki Air, karena desanya berada tepat di muara sungai Wayapo. Dari sungai inilah limba mercuri dan sianida kerap masuk ke teluk Kaiely.

Menurut Tahang, sejak lima tahu terakhir warga di desanya tidak lagi ada yang berani mengkonsumsi air di desa tersebut untuk diminum. Selama ini kata dia warga terpaksa rela membeli air minum dari Namlea dan harus dibawa dengan menggunakan motor-motor temple.

“Sudah lima tahun ini sudah ada anjuran dari pemerintah kepada warga agar jangan sekali-kali meminum air sungai Wayapo ini, jadi masyarakat terpaksa mengkonsumsi air gallon,”ujarnya.

Tahang mengaku pemerintah telah berjanji akan memasukan air bersih ke desanya, namun sejauh ini hal tersebut belum terealisasi sehingga warga desa masih harus membeli air dari Namlea untuk keperluan sehari-hari.

Baca juga : Polusi Merkuri Sebabkan Kerugian Hingga 24 Miliar Per Tahun

“Alhamdulillah ada informasi akan dimasukan air bersih ke Desa Kaki Air ini, tapi selama belum teraliasasi maka kita tetap akan membeli air minum dari Namlea,”katanya.

Khusus soal hasil tangkapan nelayan yang kini tidak lagi diminati, Tahang mengaku dulunya warga pernah melakukan protes di Kota Namlea terkait masalah itu, para nelayan juga sempat mengundang seluruh anggota DPRD Kabupaten Buru ke desanya untuk mengkonsumsi ikan hasil tangkapan nelayan di desa tersebut.

Menurut dia aksi yang dilakukan itu, termasuk kedatangan anggota DPRD ke desanya untuk menyantap ikan di desa tersebut hanya bertujuan untuk meyakinkan kebanyakan warga di Kabupaten Buru bahwa ikan hasil tangkapan nelayan dari Teluk Kaiely layak di konsumsi.

Namun saat ini warga kembali merasa khawatir karena belakangan peredaran sianida dan mercuri di Gunung Botak semakin menjadi-jadi sehingga membuat warga takut mengkonsumsi ikan hasil tangkapan nelayan dari desanya.

Baca juga : Jenis Ikan Laut yang Terpapar Merkuri Tinggi

“Setelah kita demo dan anggota DPRD datang langsung menyantap ikan di desa kita, ikan-ikan dari desa ini kembali di beli tapi sekarang sudah tidak dibeli lagi,”ujarnya.

Menurut dia kondisi semakin mengkhawatirkan karena beberapa hari lalu, warga digegerkan dengan penemuan seeokor kerbau yang mati mengembang di Teluk Kaiely karena diduga terpapar sianida.

“Jadi yang menjadi kekhawatiran itu, ikan-ikan semua sudah terkena sianida dan mercuri,”uajrnya.

Tertibkan Peredaran Sianida

Peredaran sianida dan merkuri di kawasan Gunung Botak belakangan ini sungguh sangat memprihatinkan. Para penambang ilegal secara terang-terangan menggunakan zat kimia berbahaya itu untuk mengeruk emas dengan sangat bebasnya tanpa ada tindakan apapun dari pemerintah dan juga aparat berwenang.

Sejauh ini para penambang illegal seolah diberi keleluasaan untuk menggunakan mercuri dan sianida, meski dampak yang ditimbulkan sangatlah merusak dan mengancam keselamatan warga.

Indikasi adanya pembiaran penggunaan sianida dan mercuri Itu dapat dilihat dari banyaknya lokasi pengeloahan emas dengan metode rendaman dan tong yang membutuhkan bahan baku sianida masih bertebaran di wilayah Gunung Botak.

Baca juga : Takut Terpapar Sianida, Warga Pulau Buru Tak Lagi Konsumsi Air Sumur

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com