Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Hanya Pengantar Pesan, Kini Merpati Pos Jadi Bisnis Menggiurkan

Kompas.com - 16/03/2018, 08:23 WIB
Dani Julius Zebua,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Merpati balap (racing pigeon) lebih dikenal sebagai merpati pos di Indonesia. Merpati jenis ini mempunyai daya yang kuat untuk pulang atau kembali ke rumah, yakni di mana ia dilahirkan atau dibesarkan.

Daya indera dan kecerdasan merpati membantunya kembali ke rumah. Tidak cuma sebagai binatang peliharaan dan hias, merpati juga diminati karena kecepatan terbang kembali ke kandang.

Merpati pun kerap dilombakan antar-komunitas tingkat lokal, nasional, hingga ke luar negeri. Itulah mengapa hobi itu terus tumbuh, termasuk di Kulon Progo.

Permintaan merpati balap kini terus tumbuh. Bisnis merpati pun dirasa menjanjikan dan dikembangkan Bagus Rahardjo di Giripeni, Kota Wates, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, dengan membuat penangkarannya lebih dari dua tahun lalu.

“Satu bulan bisa 20 merpati yang dibeli,” kata Bagus, Kamis (15/3/2018).

Baca juga: Burung Merpati, Penghilang Rasa Jenuh Pemain Timnas Voli Putra 

Bagus membiakkan merpati pos itu di bangunan bengkel miliknya di Giripeni. Ia membuat tiga area bertingkat untuk pembiakan, pembesaran, dan satu area di tingkat paling atas khusus untuk merpati berlatih dan mengenal rumahnya.

Pembiakan ini berawal pada 2014. Bagus yang sudah menyukai merpati sejak 1978 ini membeli merpati dari penangkaran di Kota Bandung dan mengikutkannya pada lomba tingkat nasional.

Meski cuma merpati lokal, merpatinya menjadi juara. Bagus memberi nama Satria dan menyilangkannya dengan indukan lokal lain. Anak dari Satria juga menjadi juara pada tahun 2015.

Sejak itu, Bagus melihat peluang bisnis mengembangbiakkan merpati pos. Ia bekerja sama dengan para pehobi merpati lain untuk mendatangkan merpati dari luar negeri.

Merpati asal Eropa dinilai bisa menjadi indukan yang menghasilkan anakan lebih berkualitas. Secara bertahap, ia mendatangkan dari Belanda hingga 25 ekor, Inggris tujuh ekor, dan Belgia lima ekor.

Merpati itu disilangkan satu dengan yang lain, termasuk dengan Satria.

“Dulu untuk lomba, sekarang Satria kerjanya kawin saja. Sekarang sedang sama Joli Jali, anak dari induk impor,” kata Bagus.

Bagus Rahardjo, pemilik pembiakan merpati pos di Kulon Progo. Satrio Paningit, merpati pos yang dipegangnya, merupakan indukan utama di penangkaran miliknya.KOMPAS.com/Dani J Bagus Rahardjo, pemilik pembiakan merpati pos di Kulon Progo. Satrio Paningit, merpati pos yang dipegangnya, merupakan indukan utama di penangkaran miliknya.

Persilangan bertujuan untuk mendapatkan merpati dengan kualitas bagus dan memiliki kecerdasan yang lebih tinggi. Merpati asal Eropa dinilai memiliki kekuatan dan ketahanan fisik, sedangkan merpati lokal mudah menyesuaikan dengan cuaca.

“Probabilitas menurunkan DNA juara. Kadang-kadang manusia juga seperti itu,” ujar Bagus.   

Merpati berkualitas memiliki kecepatan kembali ke kandang. Menurut Bagus, merpati bahkan ada yang bisa terbang kembali dari jarak ekstrem lebih dari 800 kilometer.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com