Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keceriaan Anak-anak PAUD Menaiki Tank Berujung Duka...

Kompas.com - 12/03/2018, 14:47 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

"Pas naik baik-baik saja, walaupun desak-desakan. Sampai di tengah mesin, tank kayak mati lalu tank terbalik. Kami semua kecemplung ke sungai, saya pegangi Yufa erat-erat," cerita Endang saat ditemui di Bangsal Bougenvile RSU Tjitro Wardoyo Purworejo, Minggu sore.

Endang masih ingat, dia terus berusaha memegang Yuffa. Wanita itu terus menggerak-gerakkan kaki di dalam air berharap bisa sampai ke tepi. Dia juga masih mendengar orang-orang berteriak minta tolong. Tapi perlahan semua jadi gelap, sampai dia sadarkan diri sudah terbaring di rumah sakit.

"Saya takut sekali karena tidak bisa berenang, kami semua tidak pakai pelampung. Saya coba gerak-gerak kaki sambil megang Yuffa, tapi semakin berat, saya tenggelam lalu timbul (ke permukan) lagi, tapi tenggelam lagi sampai lama-lama saya enggak sadar, tahu-tahu sudah di rumah sakit," ungkapnya.

Trauma

Endang tidak henti-hentinya berucap syukur karena nyawanya dan anak asuhnya selamat. Tidak ada luka-luka serius di tubuh mereka. Meski tidak dipungkiri rasa trauma itu ada. Malam setelah peristiwa itu dia tidak bisa tidur. Sampai saat ini pun dia masih shock jika mengingat-ingatnya.

"Saya tasih trauma, seumur-umur weruh banyu kados meniko (lihat air seperti itu)," katanya.

Begitu juga dengan Yuffa, anak yang diasuhnya itu sampai saat ini enggan jika ditanya atau ada orang lain yan bercerita tentang insiden itu. Yuffa sendiri tidak mengalami luka sehingga diperbolehkan rawat jalan oleh dokter.

"Kalau ditanya ibunya atau kalau ada yang becerita (tentang kecelakaan tank) dia marah, mboten purun (tidak mau). Dia bilang, 'sudah ibu jangan cerita lah, adek masih takut!'," tuturnya.

Baca juga : Empat Korban Kecelakaan Tank di Purworejo Masih Dirawat di Rumah Sakit

Siti Rahayu (28), ibu korban luka Kholifah Zaki Rajendra (6), mengaku masih takut jika mengingat insiden di Sungai Bogowonto itu. Dia nyaris tidak bisa tidur pasca-kecelakaan itu.

Meskipun dia tidak ikut dalam tank yang kecelakaan namun dia menyaksikan bagaimana tank itu terbalik. Dari kejauhan dia mendengar suara gemuruh sangat keras diduga dari mesin tank.

"Tank yang ditumpangi anak saya di tengah sungai, mereka sempat turun di gundukan tanah. Namun tiba-tiba air datang cukup deras. Anak-anak disuruh naik lagi ke tank. Saat itu juga ada satu tank yang terbalik, semua panik," kisahnya.

Kepanikan itu mengakibatkan anak laki-lakinya jatuh dari atas tank ke bebatuan sungai. Akibatnya anaknya mengalami patah tulang pada tangan kanan.

"Entah bagaimana anak saya tiba-tiba jatuh. Mungkin karena panik, desak-desakan dengan anak yang lain. Langsung saya gendong dia, saya sendiri yang bawa ke rumah sakit, naik motor," ucapnya.

Menurutnya, sepanjang perjalanan anaknya hanya diam, tidak mau bicara, tapi tidak menangis. Bahkan diberi minum saja dia menutup mulut. Malam setelah kejadian, baru anaknya itu menangis karena kesakitan pada tangannya.

"Tangan kanan patah, sudah di-rontgen dan segera mau dioperasi," ungkap warga Ngrapah, Doplang, RT: 2 RW 4 Purworejo itu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com