Salin Artikel

Keceriaan Anak-anak PAUD Menaiki Tank Berujung Duka...

Tidak terkecuali ratusan anak PAUD dan TK di bawah naungan Gugus Cempaka, Kelurahan Sindurejan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Mereka sudah berkumpul sejak pukul 07.30 WIB di Lapangan Mranti, Purworejo, Sabtu (10/3/2018). Wajah ceria dan tawa riang tak pernah lepas sepanjang pagi itu. Dua truk milik Yonif Mekanis Raider 412 Kostrad tiba di lapangan, lalu mengangkut anak-anak itu ke markas.

Ana Rahayu, salah satu orangtua murid yang ikut rombongan outbond, menceritakan, setelah tiba di markas, mereka melakukan kegiatan outbond pada umumnya didampingi oleh sejumlah anggota TNI, berfoto-foto, lalu ada juga simulasi menaiki helikopter dan terakhir naik tank di Sungai Bogowonto.

"Anak saya terlihat bahagia sekali, karena bisa naik tank pertama kali, dia juga naik di depan, dekat sopir tank," ungkap Ana, ibu dari Anindiya Fauziah (3,5), Minggu (11/3/2018) sore.

Begitu juga dengan anak-anak yang lain karena merasakan pengalaman pertama naik kendaraan tempur milik TNI. Kegiatan itu dibagi menjadi tiga kloter, yang masing-masing kloter terdiri tiga tank. Setiap tank diisi oleh sekitar 20-an anak, termasuk guru, pendamping dan anggota TNI.

Entah mengapa ketika itu Ana mengaku tidak ingin jauh dari putrinya ketika menaiki tank. Dia pun selalu duduk berdekatan dengan Anindia meskipun seorang tentara yang mendampingi mereka mengatakan bahwa semua aman.

"Pak tentaranya bilang bahwa semua aman, semua akan baik-baik saja, tapi saya inginnya dekat dengan anak. Saya pegangi terus anak saya," tutur warga Sindurejan, Rt 01 Rw 05, Kelurahan Purworejo, Kabupaten Purworejo, itu.

Berubah panik

Kloter pertama berjalan lancar, anak-anak masih terlihat antusias ketika tiba giliran kloter kedua. Sebagian mereka sudah naik dan berjalan perlahan di pinggir Sungai Bogowonto. Namun keceriaan itu seketika berubah menjadi kepanikan.

Salah satu tank M113 yang ditumpangi Ana dan anakknya terperosok di tengah sungai. Seluruh penumbang tercebur, tidak terkecuali kepala PAUD dan tiga orang TNI yang sebelumnya bertugas sebagai pendamping dan pengemudi.

"Seingat saya semua baik-baik saja, tank kami berjalan bolak-balik di sungai. Tapi tiba-tiba waktu sampai tengah, mesin tank kelihatannya mati. Tank pun langsung menukik ke bawah. Saya spontan peluk anak saya dan melambai-lambai ke atas minta tolong karena saya tidak bisa berenang," ungkap Ana.

Ketika itu, Ana melihat salah satu tentara langsung menyelamatkan putrinya. Sementara dirinya hanyut, hingga sekitar 5 menit kemudian ada seseorang yang menolongnya. Beruntung Ana masih dapat tertolong dan sadar.

Dia melihat anaknya lemah lunglai lalu diangkat kakinya oleh anggota TNI hingga air dari dalam tubuhnya keluar. Anindiya langsung dilarikan ke rumah sakit.

Pengalaman yang sama dirasakan Endang Purwatiningsih (55), penamping Yuffa (4) yang satu rombongan dengan Ana. Endang mengaku sangat terguncang ketika itu. Dia bahkan sempat tidak sadarkan diri.

"Pas naik baik-baik saja, walaupun desak-desakan. Sampai di tengah mesin, tank kayak mati lalu tank terbalik. Kami semua kecemplung ke sungai, saya pegangi Yufa erat-erat," cerita Endang saat ditemui di Bangsal Bougenvile RSU Tjitro Wardoyo Purworejo, Minggu sore.

Endang masih ingat, dia terus berusaha memegang Yuffa. Wanita itu terus menggerak-gerakkan kaki di dalam air berharap bisa sampai ke tepi. Dia juga masih mendengar orang-orang berteriak minta tolong. Tapi perlahan semua jadi gelap, sampai dia sadarkan diri sudah terbaring di rumah sakit.

"Saya takut sekali karena tidak bisa berenang, kami semua tidak pakai pelampung. Saya coba gerak-gerak kaki sambil megang Yuffa, tapi semakin berat, saya tenggelam lalu timbul (ke permukan) lagi, tapi tenggelam lagi sampai lama-lama saya enggak sadar, tahu-tahu sudah di rumah sakit," ungkapnya.

Trauma

Endang tidak henti-hentinya berucap syukur karena nyawanya dan anak asuhnya selamat. Tidak ada luka-luka serius di tubuh mereka. Meski tidak dipungkiri rasa trauma itu ada. Malam setelah peristiwa itu dia tidak bisa tidur. Sampai saat ini pun dia masih shock jika mengingat-ingatnya.

"Saya tasih trauma, seumur-umur weruh banyu kados meniko (lihat air seperti itu)," katanya.

Begitu juga dengan Yuffa, anak yang diasuhnya itu sampai saat ini enggan jika ditanya atau ada orang lain yan bercerita tentang insiden itu. Yuffa sendiri tidak mengalami luka sehingga diperbolehkan rawat jalan oleh dokter.

"Kalau ditanya ibunya atau kalau ada yang becerita (tentang kecelakaan tank) dia marah, mboten purun (tidak mau). Dia bilang, 'sudah ibu jangan cerita lah, adek masih takut!'," tuturnya.

Siti Rahayu (28), ibu korban luka Kholifah Zaki Rajendra (6), mengaku masih takut jika mengingat insiden di Sungai Bogowonto itu. Dia nyaris tidak bisa tidur pasca-kecelakaan itu.

Meskipun dia tidak ikut dalam tank yang kecelakaan namun dia menyaksikan bagaimana tank itu terbalik. Dari kejauhan dia mendengar suara gemuruh sangat keras diduga dari mesin tank.

"Tank yang ditumpangi anak saya di tengah sungai, mereka sempat turun di gundukan tanah. Namun tiba-tiba air datang cukup deras. Anak-anak disuruh naik lagi ke tank. Saat itu juga ada satu tank yang terbalik, semua panik," kisahnya.

Kepanikan itu mengakibatkan anak laki-lakinya jatuh dari atas tank ke bebatuan sungai. Akibatnya anaknya mengalami patah tulang pada tangan kanan.

"Entah bagaimana anak saya tiba-tiba jatuh. Mungkin karena panik, desak-desakan dengan anak yang lain. Langsung saya gendong dia, saya sendiri yang bawa ke rumah sakit, naik motor," ucapnya.

Menurutnya, sepanjang perjalanan anaknya hanya diam, tidak mau bicara, tapi tidak menangis. Bahkan diberi minum saja dia menutup mulut. Malam setelah kejadian, baru anaknya itu menangis karena kesakitan pada tangannya.

"Tangan kanan patah, sudah di-rontgen dan segera mau dioperasi," ungkap warga Ngrapah, Doplang, RT: 2 RW 4 Purworejo itu.

Siti berujar, sudah ada pihak TNI yang menjenguknya dan berjanji akan menanggung seluruh biaya rumah sakit korban kecelakaan tank ini. Dia berharap kejadian serupa tidak terulang lagi dikemudian hari.

Seperti diberitakan, satu unit kendaraan tempur Tank M113A1 milik Yonif Mekanis Raider 412 Kostrad mengalami kecelakaan saat mengangkut puluhan anak PAUD dan TK di Sungai Bogowonto, Kabupaten Purworejo, Sabtu (10/3/2018) siang. Mereka sedang melakukan kegiatan outbond.

Akibat kecelakaan itu, dua orang meninggal dunia, yakni Kepala PAUD Ananda Purworejo, Iswandari dan personel Yonif Mekanis Raider 412 Kostrad, Pratu Randi Suryadi.

Melalui keterangan pers, Kepala Penerangan Kostrad Letkol Inf Putra Widyawinaya menyatakan bertanggung jawa untuk mengusut tuntas dengan membentuk tim invetigasi. Hal ini supaya kejadian serupa tidak terulang lagi.

Putra menuturkan, kecelakaan terjadi karena kondisi dasar sungai yang tidak kokoh ketika tank melintas sehingga tank miring, ambles lalu terperosok. Sebagian penumpang terjatuh hanyut terbawa derasnya aliran sungai.

"Kami sudah keluarkan tim investigasi agar kejadian tidak terulang kembali. Kami turut berbelasungkawa kepada pihak keluarga korban maupun masyarakat terkait peristiwa di Sungai Bogowonto ini," tandas Putra.

https://regional.kompas.com/read/2018/03/12/14473811/keceriaan-anak-anak-paud-menaiki-tank-berujung-duka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke