KENDAL, KOMPAS.com - Sulasmi (47), merupakan salah satu perajin batik asal Kendal, Jawa Tengah, yang masih bertahan.
Sehari-hari ia dibantu suaminya, Sugeng (50). Mereka terus membatik, tanpa berpikir apakah batiknya akan laku atau tidak. Karena bagi Sulasmi, membatik adalah hobi yang tidak bisa ditinggalkan.
“Kalau tidak membatik dalam sehari, seperti ada yang kurang dalam hidup saya,” ujar Sulasmi, Kamis (1/3/2018).
Warga RT 01 RW 01 Pegulon Kendal tersebut mengatakan, membatik memerlukan ketelitian dan kesabaran. Selain supaya hasilnya baik, hal itu juga untuk memuaskan konsumen.
“Kalau ada bercak atau coretan yang mengganggu, tetap akan kami ulang," tuturnya.
(Baca juga : Bekraf Siap Bawa Perajin Batik Batang Go International )
Ia memberi nama Langgeng pada batiknya. Nama itu berarti Lasmi dan Sugeng. Tapi, bisa juga diartikan awet atau bertahan lama.
“Itu harapan kami,”akunya.
Lulusan Fisip Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang itu serius menekuni usaha batik sejak tahun 2013. Saat itu, Kabupaten Kendal sedang mulai menggalakan batik Kendal.
“Awalnya hanya hobi, membatik untuk mengisi waktu luang. Tapi karena dorongan suami, akhirnya kami serius," tuturnya.
Namun untuk menjadi perajin batik, bukanlah hal mudah. Ibu tiga anak ini harus melalui jalan berliku, karena banyak pabrik yang sudah memproduksi kain batik. Walaupun sebenarnya, yang diproduksi pabrik bukanlah batik tulis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.