Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Dibuang Kakak di Bandara Saat Berusia 5 Tahun (2)

Kompas.com - 26/02/2018, 08:00 WIB
Hendra Cipto,
Farid Assifa

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Kendati memiliki kekurangan dalam fisik, Andika Arisman (27) tetap memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang demi hidup.

Penyandang disabilitas di Kota Makassar ini menafkahi diri menjadi pengendara ojek online. Andika yang berdarah Jawa ini hidup sebatang kara di kota besar Makassar.

Andika mengalami cacat tubuh sejak masih kecil. Tubuh bagian kanan mati atau tidak berfungsi akibat terkena penyakit campak. Ia hanya hanya mengandalkan kaki dan tangan kiri untuk beraktivitas.

Ketika berjalan, Andika terlihat kesulitan karena kaki kanan bengkok dan tangan kanannya kaku serta tidak bisa digerakkan.

Keterbatasan yang dimiliki Andika tidak mematahkan semangatnya untuk mengejar kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya menjadi seorang pengamen.

Dari hasil mengamennya selama puluhan tahun, Andika menabung dan membeli sebuah motor untuk bisa dipakai mencari nafkah. Motor yang baru dibelinya itu terlebih dahulu harus dimodifikasi dari roda dua menjadi roda tiga.

Namun dalam aktivitas sebagai ojek online, ia kerap mendapat perlakuan berbeda dari para calon penumpangnya. Ketika bertemu dengan Andika, banyak calon penumpang membatalkan pesanan. Kendati demikian, Andika tidak patah arang.

(Baca selengkapnya: Kisah Difabel Pengemudi Ojek Online, Penumpang Kerap Batalkan Pesanan Setelah Bertemu (1))

***

Sepanjang perjalanan hidupnya, Andika hidup sebatang kara sejak berusia 5 tahun. Setelah kedua orangtuanya telah tiada, Andika dibawa oleh kakaknya dari Jawa ke Makassar dan ditinggalkan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Andika ditinggalkan sendirian di bandara dalam kondisi cacat fisik.

"Kedua orangtuaku sudah meninggal di Jawa, lalu saya dibawa oleh kakak ke Makassar. Saya ditinggal di bandara oleh kakak yang saya tidak tahu lagi keberadaannya di mana dan bagaimana dia. Waktu itu saya ingatnya, kakakku mau cari minum dan tidak kembali-kembali," kata Andika.

Setelah ditinggal di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Andika kecil pun menangis hingga ditemukan oleh seorang petugas kebersihan. Petugas bandara pun berulang kali mengumumkan tentang penemuan bocah Andika yang telantar, tetapi sang kakak tak kunjung datang.

"Di situlah saya dibawa pulang oleh petugas kebersihan bandara yang sempat menjadi orangtua angkatku di usia 5 tahun. Saya pun diasuh hingga bisa membaca dan menulis di bangku sekolah dasar," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang membuat Andika tidak betah di rumah bapak asuhnya itu yang tinggal di Jalan Cendrawasih, Makassar. Dia pun memilih meninggalkan rumah dan mengemis di jalanan. Selama itu, Andika yang masih berusia anak-anak hidup sendiri dan tidur di halte bus.

"Sempat bapak angkatku itu mencari saya dan menemukanku. Saya pun dibawa pulang kembali ke rumah dan kembali disekolahkan. Hingga suatu ketika, bapak angkatku itu meninggal dunia. Saya pun harus pergi kembali, karena situasinya sudah berbeda. Saya dianggap sebagai anak pembawa sial oleh istri dan anak-anak bapak angkatku," tandasnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com