Di usianya 11 tahun, Andika pun berjuang hidup dengan menjual suara alias mengamen. Dengan kondisi tubuh yang cacat akibat terserang campak di waktu kecil, Andika sehari-harinya bernyanyi di Benteng Fort Rotterdam di Jalan Pasar Ikan, Makassar.
Saat dia bernyanyi, ada seseorang yang ingin mengasuhnya. Dia pun diajak tinggal di rumah orang itu di Kabupaten Gowa. Namun sifat Andika yang tidak mau menjadi beban orang lain, akhirnya dia jarang pulang ke rumah. Sesekali, Andika menjenguk orang yang sudah dia anggap sebagai orangtuanya itu.
"Saya tidak mau membebani orang, makanya saya jarang pulang. Biar pun saya sudah diangkat sebagai keluarga di rumah itu. Orangtua angkatku yang kedua itu masih ada, masih biasa saya berkunjung ke rumahnya. Sampai saya juga sudah menikah, saya sebulan sekali menyempatkan mengunjunginya," katanya.
Baca juga : Surabaya Kini Punya Bus Ramah Difabel dan Anti-pelecehan Seksual
Menginjak usia ke-25, Andika pun akhirnya menikah dengan seorang gadis pujaan hatinya, Mifta (23), warga Kota Bima, Pulau Sumbawa bagian timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tengah kuliah di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Hingga kini, Andika hidup bersama dengan istrinya di kamar kos di Jalan Sultan Alauddin 2, Lorong Mamua 5 B, Makassar.
BERSAMBUNG: Kisah Difabel Pengemudi Ojek "Online", Bersyukur Dapat Istri yang Sangat Baik (3))
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.