Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku sedih dan prihatin terhadap insiden ini.
"Sedihnya, kenapa di Jogja bisa begini? Sedangkan masyarakat kita ini kebersamaan sebagai budaya yang kita jaga, tapi kenapa? Itu kenapa saya sedih, tapi enggak bisa menangis," ujarnya.
"Dari kondisi itu saya ingin menyampaikan saya tidak memahami tidak mengerti kenapa ada perbuatan yang keji tanpa ada kemanusiaan. Ada umat yang sedang melaksanakan ibadah kenapa ada kekerasan, yang dilakukan seseorang tanpa berperi kemanusiaan. Jelas itu bukan karakter kita masyarakat Jogja. Saya sangat sedih dan menyesali," tambahnya kemudian.
(Baca juga: Kunjungi Gereja Santa Lidwina, Ketua DPR Minta Polri Mengusut Tuntas)
Sultan berharap, kejadian seperti ini tidak akan pernah terulang lagi ke depannya.
"Bagi saya ini peristiwa yang tidak boleh terjadi lagi orang ibadah dilakukan tindakan tidak semestinya dan terlaku keji tanpa peri kemanusiaan itu bukan masyarakat Jogja," ucapnya.
Polisi bekerja
Sementara itu, Kapolda DIY Brigjen (Pol) Ahmad Dofiri menegaskan bahwa polisi serius mengusut tuntas kasus penyerangan ini.
Dia hanya berharap, masyarakat Yogyakarta tidak terpancing dan terprovokasi dengan kemungkinan munculnya berbagai isu pasca-peristiwa ini.
"Kami mengimbau masyarakat Yogyakarta tenang karena Yogyakarta ini, kan, kota yang nyaman dan tenang. Beri kesempatan kepada polisi untuk mengusut kasus ini," kata Dofiri.
Minggu sore, polisi menggelar pertemuan dengan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dan para tokoh agama dan masyarakat di Yogyakarta di Pendopo Pemerintah Kabupaten Sleman.
Sejauh ini, lanjut Dofiri, penyerangan dilakukan seorang diri oleh pelaku. Dalam aksi ini, polisi telah menyita barang bukti berupa senjata tajam dan ijazah yang diduga milik pelaku.
Korban membaik, umat tenang
Pasca-kejadian itu, gereja sudah dibersihkan dan kemungkinan akan bisa kembali dipergunakan untuk beribadah pada Sabtu dan Minggu depan.
Ketua Gereja Santa Lidwina, Sukatno, mengatakan, umat sudah tenang dengan dukungan berbagai pihak. Umat gereja juga didorong untuk berpikir jernih dan tidak terpancing.
"Umat kan sudah cerdas, jadi tidak terpengaruh," ujar Ketua Gereja Santa Lidwina, Sukatno, Minggu.
"Umat biasa-biasa saja, itu kan hanya orang yang ingin mengacau kedamaian saja," tambahnya.
(Baca juga: Dirawat di RS Panti Rapih, Korban Penyerangan di Gereja Santa Lidwina Dijaga Ketat)
Sementara itu, hingga Minggu malam, kondisi korban penyerangan di gereja membaik. Salah satu korban sudah pulang ke rumah. Tinggal Romo Prier SJ dan dua umat lain yang masih dirawat.
Mgr Robertus menyebutkan, Romo Prier sudah menjalani operasi setelah mengalami luka sabetan di kepala.
Dia memastikan bahwa para korban tidak mengalami trauma terkait serangan pagi tadi.
"Mereka semua merasa terlindungi. Itu yang membahagiakan kita, yang jelas, yang kita upayakan waspada, tanpa kecurigaan. Tak hanya orang-orang Katolik namun masyarakat pada umumnya," tutur Robertus.
Lipsus: Penyerangan Romo Prier dan Umat di Gereja Santa Lidwina Bedog