Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Tasikmalaya dan Dicabutnya Peringatan Tsunami

Kompas.com - 16/12/2017, 15:59 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian masyarakat di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikejutkan dengan gempa bumi yang dirasakan cukup kuat pada Jumat (15/12/2017), sekitar 23.43 WIB.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merilis gempa tektonik berkekuatan 7,3 SR itu berpusat di 42 kilometer Barat Daya Kawalu, wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat, tepatnya di episentrum 8.03 Lintang Selatan dan 108.04 Bujur Timur, dengan kedalaman 105 kilometer.

Gempa bumi susulan (aftershock) terjadi beberapa menit kemudian, pukul 23.47 WIB, dengan kekuatan lebih lemah 6,9 SR dan kedalaman 107 kilometer.

Dari hasil monitoring BMKG sampai Sabtu (16/12/2017), pukul 02.14 WIB telah terjadi tiga kali gempa bumi susulan dengan magnitudo lebih kecil yakni 3.2, 3.4, dan 3.2.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Mochamad Riyadi, menjelaskan berdasarkan posisi dan kedalamannya, kejadian gempa bumi ini disebabkan aktivitas zona subduksi yang terbentuk akibat tumbukan atau penunjaman Lempeng Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia di daerah selatan Jawa.

Adapun dampak gempa bumi yang digambarkan oleh Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempa bumi berupa guncangan dirasakan di daerah Jakarta II-III, Bandung III-IV MMI, Depok II-III MMI, Karangkates III-IV MMI, Ngawi II MMI, Madiun II MMI, Nganjuk II MMI, Bandung II MMI, Mataram II MMI, Kebumen III-IV, Yogyakarta III MMI.

"Guncangan gempa bumi ini dilaporkan terasa di pesisir Selatan Pulau Jawa," kata Mochamad Riyadi, dalam keterangan pers tertulis, Sabtu (16/12/2017) pagi.

BMKG sempat mengeluarkan peringatan bahwa gempabumi ini berpotensi tsunami di pesisir selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan DIY dengan level berbeda. Di pesisir di Ciamis dan Tasimalaya, Jawa Barat, BMKG menyebut potensi tsunami level Siaga, dengan ketinggian tsunami antara 0,5 meter hingga kurang dari 3 meter.

Sedangkan di pesisir Kabupaten Bantul, Kulon Progo, Cianjur, Garut, Sukabumi, Cilacap dan Kebumen pada level Waspada Tsunami dengan potensi tsunami ketinggian kurang dari 0,5 meter.

Namun, BMKG mengumumkan bahwa peringatan dini tsunami telah berakhir, Sabtu (16/12/2017), Pukul 02.26 WIB.

Masyarakat memang sempat dibuat panik dengan peringatan BMKG terkait potensi tsunami ini. Sirene tanda peringatan dini tsunami di beberapa pantai selatan Jawa Barat juga berbunyi seperti di Pangandaran dan Garut.

Apalagi ditambah dengan informasi-informasi yang beredar di media sosial menyebutkan jika muka air laut di pantai-pantai selatan pulau Jawa surut pascagempa. Penurunan muka air laut merupakan tanda alam sebelum tsunami terjadi.

Akan tetapi, faktanya tanda-tanda itu tidak terlihat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap menyebut kondisi muka air laut di pesisir Cilacap, Jawa Tengah terpantau normal pascagempa.

“Tidak ada penurunan muka air laut, semuanya masih normal, tidak surut,” katanya Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Martono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu dini hari.

Pemantauan muka air laut masih terus dilakukan di tepi Dermaga Sleko, Cilacap dan pesisir Pantai Teluk Penyu oleh petugas BPBD dan kelompok rukun nelayan.

Demikian halnya di pesisir Pantai Pangandaran, Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Hingga dini hari pukul 01.45 WIB, warga tidak mendengar informasi air pasang maupun kenaikan gelombang air laut di pantai tersebut.

"Posisi saya satu kilometer sebelum Pantai Pangandaran. Kondisi air laut biasa normal pasang surutnya," kata Satino, warga setempat.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengungkapkan berdasarkan laporan dari petugas BPBD dan relawan, tidak ada tsunami di sepanjang Pantai selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Tidak terlihat adanya tanda-tanda air laut surut.

"Kondisi muka air laut di pesisir Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Bantul, Kulon Progo, Cianjur, Garut, Sukabumi, Cilacap dan Kebumen semuanya normal. Tidak ada yang surut. Semua normal dan aman," ujar Sutopo.

Kendati demikian pihaknya mencatat ada satu orang meninggal dunia dan sedikitnya lima orang luka-luka serta terdapat banyak bangunan yang rusak akibat gempa ini.

"Satu korban yang meninggal atas nama Dede Lutfi (62) warga Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, dan dua orang luka-luka akibat tertimpa runtuhan bangunan," jelas Sutopo.

Adapun bangunan rusak antara lain terjadi di Kabupaten Pangandaran meliputi 3 rumah rusak berat dan 3 rumah rusak ringan, di Banyumas terdapat 1 rumah roboh, 6 rumah rusak berat dan kerusakan di RSUD Banyumas menyebabkan pasien dievakuasi ke luar bangunan.

"Kemudian di Kebumen terdapat 2 orang luka-luka dan di Kota Pekalongan 1 orang luka, semuanya akibat tertimpa rumah roboh," ucap Sutopo.

Dia menyatakan, petugas BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan lainnya masih melakukan penanganan dan pendataan dampak gempa.

Sutopo terus mengimbau kepada masyarakat agar tidak perlu panik, karena gempa susulan dengan magnito lebih kecil setelah gempa pertama adalah hal yang alamiah karena system lempeng bumi mencari keseimbangan. Dia juga memperingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang menyesatkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com