Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemuda Lumpuh Ini Akhirnya Dapat Perawatan Medis yang Layak

Kompas.com - 19/10/2017, 05:48 WIB
Ari Widodo

Penulis

Miharti masih bisa mengucapkan kalimat agak jelas dan dibantu dengan bahasa isyarat.

Baca juga: Perjuangan Siswa Bersekolah di Perbatasan, Agus Berangkat Dini Hari dan Fitri Terpaksa Ngekos

Gubuk pinjaman tetangga yang masih saudaranya, Muyasaroh (72), adalah tempat berteduh yang terus mereka syukuri.

Meski terbaring selama belasan tahun, Silihwarni tidak pernah lupa bersyukur karena masih ada bibi yang sangat tulus menyayanginya. Dalam doanya yang tak pernah putus, dia selalu berharap Tuhan mengabulkan kebahagiaan perempuan yang sudah dianggap sebagai ibu kandungnya itu.

Silihwarni merasa kasihan karena bibinya bekerja membanting tulang menjadi pesuruh di rumah-rumah tetangga. Bayarannya tak tentu, seadanya saja diterima dengan syukur.

Sama seperti keponakannya, Minarti tidak pernah mengeluhkan kondisi mereka. Dengan mata berkaca-kaca, ia menceritakan beban batinnya selama belasan tahun ini. "Saya kalau kerja di rumah orang agak kesusu (buru-buru), ingat di rumah ada anak (Silihwarni) yang perlu dirawat," ucapnya.

Kesulitan hidup yang mereka alami mengundang iba orang-orang di dekatnya. Salafudin, tetangga Silihwarni, menuturkan bahwa sejak kecil Silihwarni tinggal bersama bibinya. "Ibunya tinggal di Kendal bersama keluarga barunya. Sementara, ayahnya belum jelas kebearadaannya," kata bapak beranak empat ini.

Baca juga: Cerita Doni Widyandana Mengungkap Penyakit Mata Anak di Bantul

Sejauh ini, entah sudah berapa puluh kali mereka mengusahakan kesembuhan untuk Silihwarni. Mereka membawanya ke rumah sakit hingga menembuh jalan pengobatan alternatif.

Salah satu kerabatnya bahkan pernah hampir kehilangan rumah karena merelakan sertifikat tanahnya digadaikan kepada rentenir demi menolong Silihwarni.

Saat ditemui Kompas.com, Sabtu (14/10/2017) siang, Silihwarni sedang shalat. Dia menyatakan bahwa sampai sekarang belum ada bantuan dana ataupun hal lain dari pemerintah untuknya supaya bisa berobat.

Minggu lalu dia sudah kontrol di poli syaraf Rumah Sakit Sultan Agung, Semarang. Dia disarankan ke bagian bedah syaraf di Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi, Semarang.

"Padahal kami sudah tak punya dana jika ada obat yang tak masuk BPJS. Kemarin saja sumbangan Rp 2 juta dari kawan-kawan dekat, uangnya habis untuk biaya bolak-balik kontrol di rumah sakit," kata Silihwarni.

Seberapa pun bantuan yang didapatkan, Silihwarni selalu mensyukurinya. Setiap saat selalu terdengar lafaz hamdalah lirih dari bibir mereka. "Alhamdulillah, akhir-akhir ini ada yang peduli memberi pinjaman untuk modal jualan kecil-kecilan," ucap Minarti.

Silihwarni terus berharap ada pihak yang membantu pengobatannya dan berhasil sembuh. Baginya tiada impian selain membalas pengorbanan bibinya jika dirinya pulih seperti sedia kala. "Jika bisa sembuh nanti, saya ingin membalas budi bibi. Demi merawat saya, dia sampai tak berkeluarga (menikah)." kalimat penuh harap itu terlontar dari mulut Silihwarni.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com