Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Siswa Bersekolah di Perbatasan, Agus Berangkat Dini Hari dan Fitri Terpaksa "Ngekos"

Kompas.com - 11/09/2017, 20:44 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Demi bersekolah, puluhan siswa SMK N 1 Seimenggaris Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, harus menempuh jalan puluhan kilometer.

Agus (18), salah satu siswa kelas 12 Otomotif ini bahkan harus bangun pukul 03.00 Wita agar tidak terlambat sampai ke sekolah.

Dari Desa Tabur Lestari, tempat orang tuanya tinggal, hingga ke sekolah yang berjarak sekitar 12 kilometer dia tempuh dengan menggunakan motor melalui jalan milik perusahan sawit yang sangat licin saat hujan karena berupa tanah.

Agus mengaku harus pulang pergi dari rumah ke sekolah karena merawat ibunya yang menderita kanker payudara. Meski capek karena harus berangkat dini hari dan pulang sampai rumah pukul 19.00 Wita, namun Agus tetap bersemangat menjalaninya selama hampir 3 tahun.

Setelah tamat dari SMKN 1 Seimenggaris, Agus berencana mendaftar jadi polisi atau memilih kuliah.

"Saya anak tunggal, harus jaga ibu karena sakit kanker payudara, terpaksa pulang pergi untuk ke sekolah," ujarnya, Senin (11/08/2017).

Selama di perjalanan, Agus mengaku tidak asing lagi dengan ular kobra yang sering dia temui di tengah perjalanan. Agus biasanya berhenti sejenak untuk membiarkan ular cobra menjauh dari jalan.

Baca juga: Perjuangan Retno, Terlahir dari Orangtua Tunanetra, Cari Beasiswa untuk Kuliah dan Lulus Cumlaude

Hambatan lainnya adalah saat turun hujan. Agus dipastikan tidak akan sampai ke sekolah karena jalanan yang sangat licin.

"Kalau tidak hujan bisa 3 jam sampai sekolah, kalau hujan terpaksa telepon guru minta izin tidak masuk sekolah," imbuhnya.

Agus mengaku pernah 6 bulan tidak bisa mengendarai motor karena terjatuh saat kondisi jalan yang dilaluinya licin setelah diguyur hujan. Kecelakaan tersebut terjadi saat Agus akan naik kelas 2 SMK dan menyebabkan lengan kirinya cedera.

Namun karena perekonomian keluarga yang kurang mampu dan jauhnya Rumah Sakit Umum Kabupaten Nunukan untuk berobat membuat Agus menjalani terapi tradisional dengan ramuan dan pijit dukun kampung. Selama hampir 6 bulan, kedua orangtua Agus bergantian mengantar Agus ke sekolah.

“Kami sempat terharu melihat perjuangan bapak dan ibu Agus yang tiap hari ngantar sekolah.  Mereka setiap hari bergantian membonceng Agus ke sekolah, berangkat tengah malam,” ujar Kepala SMKN 1 Seimenggaris, Rusmini.

Hal yang sama juga dialami Fitriani (17), siswa kelas X jurusan pertanian. Dia terpaksa hanya pulang sebulan sekali untuk bertemu dengan orangtuanya. Orangtua Fitriani merupakan transmigran dari Jawa Timur yang tinggal di Desa Sebakis.

Siswi yang bercita-cita menjadi pelukis ini dulunya terpaksa ditunggui kakanya selama bersekolah karena jarak dari rumah sangat jauh, yakni 12 kilometer. Fitriani akhirnya memilih kos di rumah warga yang dekat dengan sekolah untuk menghemat waktu.

"Pada awalnya pulang pergi, cuma kadang tidak tembus kalau hujan dan terpaksa izin, sekarang milih kos saja," kata Fitriani.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com