Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga OKI Heboh Mencari Harta Karun Kerajaan Sriwijaya

Kompas.com - 07/09/2017, 10:24 WIB

PALEMBANG, KOMPAS.com - Warga Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan beberapa waktu terakhir ini dihebohkan dengan penemuan emas yang disebut-sebut sebagai harta karun kerajaan Sriwijaya. Hal itu seiring dengan berbagai penemuan emas dianggap sebagai peninggalan salah satu kerajaan Sriwijaya di wilayah OKI.

Tokoh pemuda setempat, Ringgu Umang menyebutkan, penemuan harta karun emas heboh sejak 2015 lalu.

"Sejak kebakaran hutan tahun 2015 lalu masyarakat di sini mencari peruntungan di lahan sana," ujarnya sambil menunjuk ke arah lepas pantai timur.

Ringgu merupakan penghubung bagi orang luar yang akan melakukan penelitian atau sekedar berkunjung terkait penemuan benda sejarah di wilayah ini. Sejak tiga tahun ini sebutnya, warga di desa ini dihebohkan penemuan-penemuan benda berharga.

Baca juga: 4 Penyelam Tradisional Diterjunkan untuk Mencari Harta Karun di Matra

Tahun 2015 lalu penemuan terjadi di wilayah Sungai Bagan, Kanal 12, Pulau Tengkoran Pulau Pisang dan Kemada beberapa situs di wilayah Desa Ulak Kedondong Kecamatan Cengal. "Tahun ini di Talang Petai," sebutnya.

Menurut Adi, warga Cengal berbondong-bondong mencari emas di Situs Talang Petai. Bahkan warga rela berkemah berhari- hari di lokasi penemuan ini. "Mereka bawa bekal, mendirikan tenda kalau malam suasananya ramai seperti di desa ini," ucap Ringgu.

Menuju lokasi penemuan emas di Talang Petai membutuhkan waktu hampir dua jam dengan naik perahu ketek menyusuri aliran sungai menuju arah Selat Bangka.  Adapun tarif sewa perahu mencapai Rp 1 juta.

"Sewa ketek, berapa hari mau nginap di sana, sudah selesai nanti dijemput lagi," katanya.

Adi Yanto, dari Media dan Komunikasi Publik Setda OKI menyebutkan, pekan lalu ada warga yang menemukan emas berbentuk keong di Talang Petai, Desa Simpang Tiga Kecamatan Tulung Selapa.

Namun sayangnya keong emas tersebut sudah dijual warga ke toko emas di Palembang. Tak tanggung-tanggung harga yang ditawarpun mencapai ratusan juta rupiah. Dia menyebutkan, penemuan itu menarik minat peneliti arkeologi dari Jambi.

Tim peneliti dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi yang terdiri dari Novi Hari Putranto, Tarida Diami, dan Muchlisin langsung meninjau lokasi. Selain itu Kepala Dinas Pariwisata OKI Ifna Nurlela dan Kabid  Kebudayaan Nila Maryati pun ikut serta.

Salah satu warga yang menjadi pencari harta karun adalah Qori. Dia berhasil menemukan menemukan cincin emas. Namun saat ditemui, dia sedang mencari harta karun. Yang ada hanyalah istrinya, Kusnaini. "Baru saja bapak pergi berkarang (mencari emas)," ujar Kusnaini.

"Jangan khawatir, kalau mau lihat barang-barang temuannya ada," tambah dia sambil mencabut emas yang membalut jari manisnya.

Baca juga: Mengaku Bisa Tarik Harta Karun, Dukun Palsu Tipu Korbannya Rp 162 Juta

Keong emas yang ditemukan warga di Situs Talang Petai. Sayangnya keong emas ini sudah dijual ke pedagang emas di PalembangDok. Warga Cengal Keong emas yang ditemukan warga di Situs Talang Petai. Sayangnya keong emas ini sudah dijual ke pedagang emas di Palembang
Menurut dia, cincin tersebut ditemukan sang suami beberapa hari lalu. "Ini salah satunya di dapat suami saya dua hari yang lalu," katanya.

Dia pun menyerahkan cincin emas berlukiskan bunga kepada Novi, Peneliti BPCB. Novi menaksir cincin emas itu memiliki kadar 9,58 gram lalu ditimbang beratnya 5,7 ons.

Kusnaini menceritakan cincin emas itu didapat suaminya di Talang Petai Desa Simpang Tiga Abadi. Ia belum berniat menjual cincin tersebut karena bentuknya yang indah. "Sayang kalau dijual. Ini saya mau simpan saja," ucapnya.

Tidak hanya cincin emas, Kusnaini pun mengeluarkan barang-barang lain yang ditemukan suami dan anaknya. Ada serbuk emas yang dia bungkus dengan plastik obat, keramik China yang diduga berasal dari Dinasti Tang, anting-anting, mangkuk perunggu, manik-manik dan gerabah.

Baca juga: Terobsesi Buru Harta Karun Soekarno, Keluarga Berseteru

Tunggu laporan

Temuan benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Teluk Cengal Kecamatan Cengal Kabupaten OKI, menjadi perhatian pemerintah daerah.

Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata OKI Nila Maryati mengatakan, pihaknya masih menunggu hasil dari tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi yang telah meneliti benda kuno untuk memastikan kebenarannya.

"Dinas Pariwisata OKI masih menunggu hasil penelitian dari BPCB Jambi, yang hingga belum melaporkan hasil investigasinya ke dinas pariwisata," kata Nila.

Menurut dia, dinas tidak bisa menyimpulkan kalau benda tersebut asli peninggalan masa lalu atau bukan. Penyebabnya, Pemda OKI tidak memiliki alat untuk menguji coba benda temuan warga Cengal.

Menurut Nila, apabila benda yang ditemukan itu benar peninggalan pra sejarah dan memiliki nilai tersendiri. maka pemerintah berupaya melakukan penyelamatan benda-benda tersebut.

"Kesulitan bagi OKI, karena di OKI tidak ada tenaga ahli dalam penemuan benda lama. Sehingga harus menunggu hasil laporan dari pihak BPCB," ujarnya.

Baca juga: Kisah Sumpah dan Kutuk Bagi Pemberontak Kerajaan Sriwijaya

Dia menyebutkan, di wilayah pesisir Pantai Timur OKI, memang banyak laporan tentang penemuan benda yang tertanam di bawah tanah dan di atas lahan gambut.

"Warga desa menemukan barang-barang itu, ketika lahan gambut terbakar dan warga hendak melakukan penanaman padi, ala sonor," ujar Nila. (Sriwijaya Post/Mat Bodok)

Artikel ini sudah tayang di Sriwijaya Post dengan judul HEBOH! Warga Berburu Gundukan Emas di Situs Talang Petai OKI, Penuh Mistis Bahkan Dukun Dikerahkan

Kompas TV Pemerintah Kejar Harta WNI di Singapura

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com