Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Matur Nuwun Pak Jokowi, Santri Al Mina Akan Kirim Tomat ke Istana"

Kompas.com - 21/08/2017, 07:46 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

Kompas TV Warga Desa Gelar Upacara Bendera Secara Sederhana

Maka bantuan Presiden untuk pemberdayaan santri ini menurutnya sangat tepat sasaran, menyusul lokasi pondok pesantren di daerah pegunungan yang iklimnya sangat cocok untuk budidaya tanaman sayuran. Didukung para pendamping yang profesional di bidangnya.

"Alhamdulillah merk Al Mina Fresh ini sudah tembus Transmart dan ke depan sudah dinanti beberapa toko modern lainnya," kata Gus Rizal, panggilan karib Mohammad Afdi Rizal.

Menurut Gus Rizal, pertanian hidroponik dengan sistem greenhouse yang diajarkan kepada para santri mempunyai keunggulan, antara lain lebih tahan terhadap serangan hama dan perubahan cuaca. "Lebih steril, sehingga mutu produksi lebih terjamin," tandasnya.

Laboratorium Pertanian

Pengelolaan lahan pertanian hidroponik ini setiap hari dilakukan oleh para santri Al Mina secara bergantian.

Sebagaimana aturan di Pondok Pesantren Salafiah, pengurus pondok membuatkan jadwal bagi santri putra dan santri putri secara terpisah untuk merawat tanaman di greenhouse.

Para santri yang piket ini juga diberikan tugas yang berbeda-beda setiap harinya. Seperti Lailatul Mashuroh (16), siswa kelas II SMK Al Mina. Ia piket setiap hari Kamis dan Senin sore, serta Sabtu pagi.

Jika bertugas pagi, Masruroh membantu penyerbukan dengan cara menggerakkan batang tanaman secara perlahan agar serbuk sari bisa menempel pada stigma. Sebab tanaman tomat adalah tanaman hermafrodit atau bisa bereproduksi dalam satu bunga.

"Juga miwil atau memotong tangkai yang tidak perlu. Kalau piket sore itu membelokkan arah batang dengan media tali, biar tumbuhnya lurus ke atas, kemudian mengecek air grade system ini," kata santri asal Karanglo, kecamatan Bandungan ini.

Pembelajaran dari para tenaga pendamping mulai dari bagaimana cara menanam, merawat, pemanenan hingga pemasaran ini rupanya menarik minat para santri untuk menggeluti pertanian hidroponik ini.

Alvian Mohammad (13), santri asal Ampel Gading, Desa Kenteng Ambarawa ini mengaku mendapat jatah piket setiap hari Rabu. Meski awalnya sedikit terpaksa, kini siswa kelas 13 MTs Al Mina ini mengaku sangat menyukai program dari pondok pesantrennya ini.

Bahkan kelak ia bercita-cita mempunyai greehouse sendiri. "Kami malah diajari mulai dari cara membuat sekam sebagai bahan media tanamnya. Sangat tertarik, pengen bikin sendiri," kata Alvian.

Kembali menurut Saeful Nadzir, santri yang ada di sejumlah pesantren di pelosok nusantara ini ibarat mutiara yang terpendam.

Dengan bantuan Presiden ini bisa menggali potensi mereka, agar kelak para santri ini tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan terbebas dari praktik komodifikasi ilmu agama dengan alasan keterbatasan ekonomi.

"Bahwa intan-intan mutiara sampai di pegunungan ini bisa digali. Cerdas dan sukses bukan untuk orang kaya saja, tetapi orang desa, orang miskin, juga berhak mendapat kesempatan yang sama," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com