Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Doa Cinta Damai dalam Toleransi dari Medan untuk Bangsa Indonesia

Kompas.com - 17/08/2017, 16:35 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha

Penulis

MEDAN, KOMPAS.com - Nilai-nilai Pancasila mulai dilupakan. Sila Persatuan Indonesia nyaris hilang di benak rakyat Indonesia akibat hempasan isu intoleransi. Padahal, sudah 72 tahun negara ini menyatakan kemerdekaannya maknanya.

Perjuangan para pahlawan mendapatkan kemerdekaan seperti dongeng. Masih pedulikah kita dengan keutuhan Indonesia?

Kompas.com menjawabnya dengan melakukan eksperimen sosial Upacara HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 di halaman rumah ibadah di tujuh kota sebagai bentuk keprihatinan atas banyaknya konflik yang timbul akibat perbedaan.

Anggota DPRD Sumatera Utara, Sutrisno Pangaribuan, dalam doanya bersyukur dan berterima kasih atas kesempatan yang indah sehingga dapat berkumpul merayakan kemerdekaan RI. Dia mengajak peserta upacara untuk mengenang kembali mereka yang telah mendahului.

"Para pahlawan bangsa yang telah memberikan dirinya bagi kemerdekaan Indonesia. Mereka yang telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan yang tidak mereka nikmati. Ya Tuhan Allah, semoga Engkau berkenan atas cinta kasih yang mereka berikan untuk bangsa ini," ucapnya.

Doa itu diucapkannya  di hadapan peserta peringatan HUT RI di Graha Maria Annai Velangkanni, Kecamatan Medan Tuntungan, Sumatera Utara, Kamis (17/8/2017).

Sudah 72 tahun Indonesia merdeka, dia berharap bangsa ini tetap optimistis menatap masa depan meski berbagai cobaan dan ujian terhadap perbedaan senantiasa mengiringi perjalanan sejarah bangsa. Pengaruh buruk dari luar dan dinamika tidak sehat dari dalam mengambil tempat dalam kemerdekaan.

"Kirimlah kami menjadi pembawa damai, yang membebaskan yang terkurung, tertahan, tertawan akibat kebenaran. Merawat yang terluka, memungut yang terlupa, mengumpulkan yang terserak, menjemput yang tertinggal," katanya mengakhiri doa.

Pastor James Bharataputra SJ (60), Rektor Graha Maria Annai Velangkanni, dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua tamu, undangan dan peserta upacara yang hadir.

Dia bilang, tujuan dari upacara HUT Kemerdekaan RI ini untuk memperlihatkan kepada masyarakat tentang toleransi umat beragama.

"Kita ingin tampilkan bagaimana penghargaan terhadap perbedaan budaya, etnis dan agama mengingatkan kita tentang kesatuan Indonesia. Ini suar kepada dunia, kita ingin mengajak masyarakat untuk dapat Jernih Melihat Dunia," kata James.

Upacara Indonesia pada 17 Agustus 2017 di halaman rumah ibadah yang serentak dilakukan di tujuh kota di Indonesia ini, adalah eksperimen sosial yang dilakukan Kompas.com.

Ratusan peserta upacara dari beragam suku dan agama datang sejak pagi, sebagian mengenakan identitas kesukuan dan agama mereka.

Aliansi Sumut Bersatu (ASB) datang bersama komunitas Parmalim, Ahmadiyah, dan Ugamo Bangso Batak.

Direktur ASB, Ferry Wira Padang mengatakan, pluraliame adalah kekayaan bangsa Indonesia yang harusnya menjadi kebanggaan untuk selalu dijaga dan dirawat. Banyak persoalan saat ini yang hanya karena hal kecil jadi merusak nilai-nilai agama, persatuan, persaudaraan dan kebangsaan.

"Sementara hal-hal penting yang ada di sekitar kita seperti hak kaum marjinal yang terus terpinggirkan, hak kaum miskin yang semakin dirampas, hilangnya harapan dan kehidupan akibat tindakan salah kaprah, sewenang-wenang, tidak pernah diselesaikan tuntas."

"72 tahun itu sudah sepuh, kita harusnya banyak-banyak intropeksi diri," kata Wira.

Untuk itu, selesai upacara kebangsaan, dia mengajak 30 kaum muda untuk menapak tilas perjalanan para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan.

"Harapannya, dengan menyusuri kembali jejak mereka dan menjiwai apa yang sudah mereka lakukan terhadapa bangsa ini, menjadi tamparan buat kita untuk menjadi lebih baik, berguna, mandiri, dan berjiwa pancasila," ujarnya.

Upacara ini dipimpin Pastor Yosafat Ivo Sinaga OFM CAP, dengan inspektur upacara Zuidersie Sitohang. Paduan suara Ave Verum di-dirigen-i Ardi Agustinus Barasa.

Yang unik adalah pembaca UUD 1945 oleh Averiana Barus. Perempuan cantik ini dikenal sebagai artis Karo dan disainer muda Kota Medan.

Pengibar bendera dilakukan Pramuka dari Sekretariat Kwartir Cabang Kota Medan. Muhammad Doni, Said dan Melva mengaku bangga dapat terlibat dalam upacara ini. Sebagai generasi muda mereka mengajak para pemuda untuk menjadi penggerak perubahan, penjaga kebhinekaan dan pemersatu bangsa.

"Kami Pramuka diajarkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Menjaga persatuan bangsa dengan toleransi. Tidak ada perbedaan apapun sama kami. Ayo kaum muda, bersatulah, jaga bangsa ini. Singkirkan semua perbedaan," kata Doni.

Sebelum upacara selesai, para peserta upacara mengikuti "Janji Kami Indonesia" yang dibacakan Doni. Mereka berjanji akan selalu menghargai perbedaan demi perdamaian di Indonesia. Selalu berpandangan jernih di segala hal demi persatuan Indonesia dan selalu melihat harapan di segala tantangan demi masa depan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com