Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Mati, Bangkainya Diselimuti Kain Adat dan Dijaga Warga hingga Begadang

Kompas.com - 29/06/2017, 09:26 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

SOE, KOMPAS.com - Matinya seekor buaya sepanjang lima meter di Taman Wisata Bu'at di Kelurahan Karang Siri, Kecamatan Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), membuat warga geger.

Mereka berdatangan ingin melihat langsung bangkai buaya itu. Warga memperlakukan buaya tersebut berbeda dengan binatang lainnya karena menganggap buaya itu adalah raja air. Bangkainya diselimuti dengan kain adat dan juga akan dimakamkan secara adat.

Salah seorang warga Kelurahan Karang Siri, Alexander Un, mengatakan, sejak informasi matinya buaya itu, Selasa (27/6/2017) kemarin, ribuan warga setempat pun berbondong-bondong datang untuk melihat langsung bangkai buaya itu.

"Bahkan tadi malam, ratusan warga datang di samping jasad buaya untuk mete (begadang) sampai pagi untuk menunggu jasad buaya ini," kata Alexander, Kamis (29/6/2017).

Menurut Alexander, rencana pemakaman buaya itu akan berlangsung pagi ini secara adat dan akan dihadiri oleh masyarakat adat dan ribuan warga Kota Soe dan sekitarnya.

(Baca juga: Diyakini Sebagai Raja Air, Buaya Mati Dikubur dengan Upacara Adat)

Buaya itu diketahui telah hidup di kawasan itu sejak tahun 1992 lalu ditemukan mati di dalam sumur warga sedalam kurang lebih satu meter, Selasa (27/6/2017).

"Kemarin dia mau kejar seekor anjing untuk dimakan. Namun, pada saat hendak terkam, anjing itu menghindar sehingga buaya itu jatuh ke sumur dan langsung mati," kata Alexander Un.

"Buaya tersebut selama ini tinggal di kolam yang jaraknya sekitar tiga meter dari sumur," lanjut dia.

Alexander mengatakan, sumur tersebut adalah milik warga yang bernama Anone. Sumur itu sering digunakan Anone untuk menyiram sayur dan tanaman lainnya.

Menurut Alexander, masyarakat setempat bersama tetua adat merasa kehilangan dengan matinya buaya itu. Sehingga, berdasarkan kesepakatan yang melibatkan Anggota DPRD NTT Army Konay dan perwakilan pemerintah setempat, penguburan akan dilakukan seperti pemakaman manusia. 

Masyarakat setempat, lanjut dia, menganggap dan mempercayai buaya itu sebagai raja air sehingga diperlakukan dengan penghormatan secara adat.

"Anggota DPRD Provinsi NTT Army Konay menyumbang kain sebagai lambang kehilangan raja air yang dikenal selama ini hidup di kolam buaya," ucap Alexander.

Alexander menjelaskan, prosesi penguburan secara adat akan dilakukan Kamis besok, sekitar pukul 09.00 Wita.

"Buaya itu sudah dipakaikan kain adat dan dimasukkan ke dalam liang sedalam satu meter. Malam ini banyak orang yang berjaga di sekitar lokasi kuburan di sekitaran kolam tempat buaya itu berada saat masih hidup," tutur Alexander.

 

Kompas TV Nikmati Wisata Eksotis Ditengah Para Buaya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com