Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemeriksa Rel Kereta Api, Jalan Kaki 16 Km Setiap Hari hingga Bisa Kuliahkan Anak ke ITS

Kompas.com - 27/05/2017, 08:00 WIB
Muhlis Al Alawi

Penulis

Kondisi itu tentu jauh lebih besar bila dibandingkan dengan gajinya sebagai cleaning service pada saat usiannya 30 tahun. Saat itu ia sebulan hanya menerima gaji Rp 700.000.

"Sebelum menjadi penilik jalur, saya sempat bertugas sebagai penjaga perlintasan selama dua tahun," tandas Madyani.

Dari penghasilannya itu, Madyani menginginkan anaknya mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Hasilnya anaknya pertama, Alif Nur Hidayah (26) bisa lulus dari UIN Jogja. Sementara anaknya kedua, Muhammad Abid Hidayatullah (24), lulusan ITS Surabaya.

"Anak saya yang ketiga, Muhammad Amarullah Ridho (16) baru mau lulus SMA," ungkap Madyani.

Tugas vital

Sementara itu, Manajer Humas PT KAI Daop Tujuh Madiun, Supriyanto menuturkan, penilik jalur bertugas melakukan pemeriksaan, dan segera melaporkan apabila terjadi kerusakan.

"Tugas mereka sangat vital, untuk menjamin keselamatan perjalanan KA," kata Suprianto.

Menurut Suprianto, setiap harinya selama dua kali, pagi dan malam, penilik jalur memastikan jalur yang dilewati kereta api aman.

(Baca juga: Kisah Mukhlis Penyandang Disabilitas yang Kayuh Sepeda Puluhan Kilo Jual Telur Asin demi Orangtua)

Beberapa hal yang harus dicek penilik jalur ada tidaknya penambat atau balas yang lepas, dan tidak ada gangguan semisal rel retak atau terhalangi batu.

Masing-masing penilik jalur diwajibkan memeriksa jalur kereta api sepanjang delapan kilometer. Bila jarak antar stasiun melebihi dari delapan kilometer maka dibebankan bagi dua penilik jalur.

"Jumlah stasiun di wilayah Daop 7 sebanyak 35 unit dengan petugas penilik jalur sekitar 50-an orang," ungkap Supriyanto. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com