Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lim Wen Sim Ubah Mitos Burung Hantu dari Pembawa Maut Jadi Penyelamat Warga

Kompas.com - 25/05/2017, 08:00 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

Setiap hari, Lim menghabiskan waktu bergelut dengan burung hantu, mulai dari memberi makan yang sedang dalam perawatan, melakukan pengamatan malam hari sampai dengan mengurusi tikus putih yang menjadi makanan serta membuat gupon tambahan untuk dipasang di sawah.

Hingga dia mengatakan bahwa pekerjaannya di bengkel yang selama ini menjadi penghidupan keluarganya sering kali harus ditinggalkan.

Meski demikian, Lim percaya, ketika tulus melakukan kebaikan bagi orang lain, Yang Maha Kuasa akan memberikan jalan.

"Memang ya pasang surut, saya minta pengertian kepada istri dan anak kondisinya seperti ini dan percaya rejeki ada yang mengatur. Selama ini kami masih pas, berlebih tidak, masih bisa beli susu buat anak, masih bisa makan," ungkapnya.

Menurut Lim, pada awalnya, sang istri sempat komplain karena Lim jarang berada di rumah. Pria kelahiran Yogyakarta 18 Maret 1977 ini setiap hari fokus melakukan pengamatan burung hantu, bahkan saat pada malam hari.

Tak hanya itu, demi melihat perkembangan burung hantu yang dikembangbiakkan secara alami, Lim rela tidur larut malam.

(Baca juga: Konservasi Burung Hantu di Yogyakarta Dilirik Peneliti Thailand hingga Spanyol)

Lim juga harus melakukan pengamatan aktivitas tikus di area persawahan. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat pola serangan dan luasan wilayahnya.

"Awal-awal iya komplain, karena mengamati burung hantu, tetapi saya tetap selalu menyempatkan bermain dengan anak dan bertemu istri. Kalau anak dan istri malam sudah tidur, saya tinggal ke sawah mengamati burung hantu," tuturnya.

Lim menegaskan bahwa dirinya tetap akan fokus pada burung hantu, namun lebih luas lagi ke depan dia akan mengajak petani mengelola pertanian mereka dengan lebih sehat dan mandiri.

"Ke depannya, capaiannya itu petani bisa mengelola pertanian lebih sehat, mengurangi pupuk kimia dan mandiri. Kalau petani bisa mengurangi pupuk kimia, belum organik itu terlalu muluk, sehat saja dulu, itu sudah luar biasa," ujarnya.

Memulai

Selama ini, lanjutnya, ada pemahaman bahwa bertani sehat itu mahal, padahal tidak. Menurut Lim, bertani sehat itu murah. Hanya memang seperti orang melangkah, memulainya yang berat.

"Misalnya kalau ada yang memiliki sapi atau kelinci, urinenya bisa disemprotkan ke pematang. Selain buat pupuk, tikus tidak suka dengan aroma itu," tuturnya.

Lim mulai fokus ke burung hantu sejak 2009. Dia mulai melakukan pengamatan burung sejak tahun 2000. Saat itu, di Fakultas Biologi Atma Jaya sedang aktif melakukan pengamatan burung.

"Gara-gara di kampus lagi hobi mengamati burung, saya ikut. Awalnya itu mengamati burung di Kebun Binatang Gembira Loka," ujarnya.

Berawal dari situlah, pada tahun 2002 Lim mulai fokus melakukan pengamatan burung dan masuk ke Yayasan Kutilang. Namun karena harus mengurusi bengkel, 2009 Lim memutuskan keluar.

"Lalu saya mikir siang di bengkel, yang bisa untuk kegiatan malam apa, plus yang ada asas manfaatnya bagi orang lain. Dicari-cari oh ternyata ada, burung hantu," ucapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com