Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Wanita Pawon Gendis yang Raih Penghargaan karena Kuliner Ekstrem

Kompas.com - 25/05/2017, 06:30 WIB
Kontributor Yogyakarta, Teuku Muhammad Guci Syaifudin

Penulis

Kompas TV Lobster Keju Bakar Jadi Referensi Kuliner

 

Dikatakan Tuti, seluruh anggota KWT Pawon Gendis menanam daun pegagan di halaman rumahnya. Namun, setiap anggota kelompok dibebaskan dalam pengelolaan tanaman liar itu.

Menurutnya, anggota KWT ada yang mengolah daun pegagan secara mandiri dan ada pula yang menjual kepadanya.

"Hasil menanam daun pegagan itu kami kembalikan ke masing-masing anggota. Karena tujuannya untuk menumbuhkan potensi. Untuk dibuat peyek atau cokelat saya tidak melarang. Dijual ke luar kelompok juga tidak masalah. Karena harga daun pegagan ini memang mahal, Rp 20.000 per kilogramnya," tutur Tuti.

Raih penghargaan

Melalui upayanya itu, Tuti dan kelompoknya meraih prestasi yang membanggakan. KWT Pawon Gendis berhasil meraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara. Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 21 Desember 2015.

"Pegagan pernah ikut lomba ketahanan pangan yang parameternya banyak. Kami sendiri tidak tahu bisa lolos, karena kelompok baru dibentuk dua tahun," kata Tuti.

Dikatakan Tuti, tempatnya mulai sering dikunjungi kelompok tani dari berbagai daerah. Wisatawan lokal dan mancanegara pun mulai berdatangan untuk mencicipi dan membeli produk buatan KWT Pawon Gendis itu.

"Setelah penghargaan itu kami baru dikenal. Tapi karena niat awal kami tidak kepikiran mau terkenal, mau diekpose apalagi dapat penghargaan. Bagi kami itu bonus," ujar Tuti.

Tuti mengatakan, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo pun memasukkan produknya ke program bela dan beli Kulon Progo. Alhasil, produknya dijual di toko milik rakyat (tomira) di Kulon Progo. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo pun kerap membeli produknya untuk kegiatan hajat atau untuk suvenir tamu undangan.

"Setelah kami dikenal Pak Hasto, kami meminta beliau agar daun pegagan ini masuk ke dalam indikator geografis. Karena kami pernah dibom harga oleh petani daun pegagan asal Temanggung sehingga kami tidak bisa jualan selama sebulan," kata Tuti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com