Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Bertemu Buku-buku dan Charlie Si Kucing Lucu di C20 Library

Kompas.com - 21/05/2017, 08:00 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Seekor kucing berwarna hitam putih terlihat santai di pojok sebuah ruangan yang berisi belasan orang yang sedang mengikuti workshop pembuatan Kombucha di C20 Library Surabaya, Minggu (7/4/2017).

Kucing tersebut juga tetap tenang meski ketika beberapa orang yang berdiri di dekat kucing tersebut sesekali mengelus kepala kucing yang diberi nama Charlie.

Keberadaan Charlie bukan hal aneh di C20 Library, perpustakaan yang didirikan Kathleen Azali sejak tahun 2008. Bahkan Charlie dan anaknya yang bernama Fifi dijadikan pengurus harian di perpustakaan yang berada di Jalan Dr Cipto no 22 Surabaya itu.

"Banyak cerita yang mengkisahkan kucing dan perpustakaan seperti perpustakaan Alexandria yang dijaga kucing. Awalnya sih kucing hanya untuk mengusir tikus agar tidak merusak buku tapi kalau Charlie dan Fifi beda. Mereka kita jadikan pengurus perpustakaan untuk mengingatkan kebutuhan dasar kita sebagai makhluk hidup. Lihat saja, mau tidur ya mereka tidur sesibuk apa pun kegiatan di sekitarnya. Sedang kita walau capek tetap saja sibuk dengan pekerjaan," kata Kathleen Azali kepada Kompas.com, Minggu (7/4/2017), sambil tersenyum dan menggendong Charlie.

KOMPAS.com/Rachmawati Charlie, salah satu kucing yang menjadi pengurus harian di C20 Library Surabaya.
Dia bercerita, Charlie adalah kucing kampung yang awalnya selalu datang di C20 Library di bangunan yang masih lama yaitu di jalan DR Cipto No 20 Surabaya. Lalu saat pindah ke bangunan yang saat ini, Charlie juga mengikuti.

"Nama C20 diambil dari huruf depan nama jalan Cipto dan 20 dari nomer rumah. walaupun kita pindah tempat di nomer 22, nama C20 tetap digunakan dan Charlie dan Fifi juga ikut kita boyong pindahan. Bangunan yang sekarang juga sistemnya masih sewa belum bangunan sendiri," ungkapnya.

(Baca juga: Demi Anak-anak Desa, Ibu Ini Modifikasi Motor Roda 3 Jadi Perpustakaan Keliling)

Perempuan berkacamata tersebut kepada Kompas.com bercerita cikal bakal dari C20 Library adalah perpustakaan yang didirikan oleh kakaknya dan dikhususkan untuk buku-buku desain serta untuk studi bersama. Namun karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, perpustakaan tersebut kemudian dikelola sendiri oleh Kathleen.

Saat pertama kali mengurus C20 Library, perempuan yang bekerja di Singapura tersebut berpikir bahwa jika berbicara tentang desain juga harus memahami tentang ekonomi, politik dan bidang lainnya. Dia kemudian mengumpulkan banyak donasi buku dari rekan-rekannya dan juga dari kampus-kampus di sekitar Surabaya.

"Biasanya buku sekali baca yang sudah ditaruh jadi saya bilang dari pada nganggur jamuran mending disumbangkan. Dan waktu itu banyak sekali sumbangan yang datang berkardus-kardus. Ada juga yang diantarkan sendiri oleh penyumbang," ungkapnya.

KOMPAS.com/Rachmawati Suasana C20 Library di Surabaya yang banyak berisi buku sejarah, budaya sastra dan sosial. Perpustakaan ini didirikan Kathleen Azali sejak tahun 2008.

Saat pertama kali didirikan, C20 Library memiliki 2.000 buku dari koleksi pribadi dan sekarang berkembang menjadi 7.000-an buku yang sudah ada di katalog digital dan bisa diakses di web C20 Library.

Dia mengatakan, butuh waktu selama 6 bulan untuk me-review 2.000 buku dan memasukkannya ke dalam katalog digital.

"Sampai saat ini, masih tetap proses karena masih banyak buku yang masih belum dimasukkan ke dalam katalog digital. Dan kami memang punya tim yang bekerja di sini dan sepuluh relawan inti yang bergantian saat ada kegiatan di sini," ungkapnya.

Kathleen sendiri memantau C20 Library dari Singapura dan kembali ke Indonesia maksimal dua bulan sekali untuk melihat. Dia mengatakan, C20 Library seperti anak kandung yang tidak bisa ia tinggalkan begitu saja walaupun ia bekerja di Singapura.

(Baca juga: Lewat Buku, Taman Baca Kudi Bawa Anak-anak Desa Semakin Dekat dengan Mimpi)

Pada tahun 2010, Kathleen kemudian memberlakukan membership untuk pengunjung perpustakaan. Hal tersebut dilakukan agar peminjaman buku lebih terartur serta menghemat tenaga untuk mengurus perpustakaan.

"Sempat ada yang protes, kok jadi formal gini tapi karena yang mengurusi perpustakaan semuanya memiliki pekerjaan utama ya harus ada sistem digital sehingga membantu menghemat tenaga. Masalahnya adalah hanya karena tidak terbiasa saja," tuturnya.

Saat ini, anggota perpustaakan C20 Library berjumlah 1.113 orang dan mereka bukan hanya berasal dari Surabaya tapi juga dari luar kota. Bahkan ada pula beberapa warga negara asing yang tinggal di wilayah Surabaya.

Untuk menjadi anggota perpustakaan, menurut Kathleen, seseorang hanya tinggal membuka situs web C20 Library dan mengisi formulir yang sudah disediakan. Hal yang sama juga dilakukan jika ada yang ingin menjadi relawan di C20 Library.

Dia mengatakan, untuk menjadi relawan ada pertanyaan yang wajib diisi seperti ketertarikan serta keahlian tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk menempatkan relawan pada posisi yang sesuai dengan kemampuannya.

"Selama ini yang sering terjadi adalah banyak relawan tapi bingung mereka mau ngapain. Nah dengan mengisis formulir akan terlihat apa keahliannya dan langsung akan kita hubungi jika diperlukan saat ada event," tuturnya.

Co-working space hingga pasar sehat

Selain itu, C20 Library juga menyediakan ruangan untuk kegiatan-kegiatan seperti diskusi dengan topik tertentu, workshop, pemutaran film, seminar, talk show, FGD (Focus Group Discussion), lokakarya, presentasi, pertunjukan dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pendidikan atau budaya.

KOMPAS.com/Rachmawati Pelatihan pembuatan kombucha di C20 Library Surabaya, Minggu (7/5/2017).

Kathleen mengatakan, ruangan tersebut bisa digunakan oleh siapa pun baik personal maupun kelompok asalkan mengisi formulir yang juga bisa diunduh di situs web.

"Ada biaya untuk penggunaan ruangan tapi tentunya untuk kegiatan sosial atau untuk perusahaan beda harganya. Di formulir nanti tinggal diisi apakah untuk kegiatan sosial atau butuh keringanan biaya. Yang pasti kami akan mendukung kegiatan  yang berdampak terhadap sosial ataupun lingkungan," katanya.

Kathleen mencontohkan, kegiatan pasar sehat yang menjual bahan makanan sehat serta tanaman organik yang didapatkan langsung dari petaninya.

Sejak tahun 2015, C20 Library juga menyediakan co-working space atau ruang kerja bersama di lantai dua dengan fasilitas internet, printer, fotokopi, scanner dan fasilitas minuman, seperti kopi atau teh.

Kathleen mengatakan, ide itu muncul ketika dia sendiri mengalami kesulitan untuk mencari tempat bekerja yang tenang atau melakukan pertemuan untuk membahas sebuah pekerjaan.

"Untuk pekerja kreatif atau freelance biasanya kesulitan cari tempat yang tenang buat bekerja. Di kafe juga terlalu ramai dan akhirnya ya kami fasilitasi dengan membuat ruang kerja bersama dan disediakan di lantai dua," tuturnya.

(Baca juga: Cerita dari Komunitas Hikayat Tanah Hitu, Membaca agar Cerdas dan Bisa Hargai Perbedaan)

Kepada Kompas.com, Kathleen juga mengatakan, sebagian besar buku-buku yang ada di C20 Library adalah buku sejarah, sosial, sastra dan budaya. Penyusunannya pun dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pengunjung untuk mencari buku yang diinginkan.

"Di dekat pintu masuk kami letakkan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Surabaya dan kemudian bergeser sejarah Indonesia mulai dari sebelum kemerdekaan sampai pasca-kemerdekaan. Sengaja ditata seperti itu agar pengunjung juga tahu sejarah Surabaya dan juga Indonesia. Jadi nggak ada lagi yang namanya tidak tahu sejarah. Sedih rasanya jika kita sendiri tidak tahu sejarah tempat tinggal kita sendiri," paparnya.

Dia mengatakan, ada beberapa buku yang dipinjam tidak dikembalikan dan biasanya tim dari C20 Library yang akan menghubungi langsung peminjam dan nama-nama peminjam yang tidak juga mengembalikan dishare di media sosial milik C20 Library.

"Ternyata langkah mengunggah nama-nama peminjam yang tidak mengembalikan buku sangat ampuh. Ada beberapa yang langsung mengembalikannya tapi ada juga yang tetap enggak kembali walaupun sudah didatangi. Sempat kepikiran memberlakukan semacam tax amnesty jadi pengembalian dari jangka waktu sekian sampai sekian dendanya dibebaskan," katanya sambil tertawa.

Dia berharap, C20 Library juga bisa menjadi tempat belajar dan berproses bagi setiap pengunjung yang datang. Dia mengaku juga beberapa kali mendapatkan kunjungan dari komunitas atau indvidu yang akan membuat rumah baca.

"Tempat ini terbuka untuk siapa saja yang datang ke sini. Kita bisa sharing dan beberapa kali kita juga memberikan buku di beberapa daerah yang membutuhkan. Kita juga pernah kirim buku ke Papua dan beberapa wilayah di Indonesia," pungkasnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com