Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pupus Sudah Cita-cita Asyam Kuliah di Oxford

Kompas.com - 26/01/2017, 16:38 WIB

Di tingkat kelima, Asyam menargetkan lulus dari UII tahun 2019. Lalu, di tingkat keenam atau paling puncak, ia menulis target kuliah S-2 di Universitas Oxford. Di tingkat paling atas itu pula ia menulis cita-cita yang sangat mulia, yakni membahagiakan orangtua. ”Saya sebenarnya punya cita-cita agar Asyam bisa menjadi menteri ristek (riset dan teknologi) karena ia suka penelitian,” kata Sri.

Sri juga menuturkan, sejak kecil, dirinya telah mendidik Asyam agar memiliki karakter yang baik. Di lemari di kamar tidur Asyam tertempel kertas bertuliskan ”Butir-butir Pribadi Asyam” yang berisi 16 karakter, yakni disiplin, tertib, jujur, teliti, bersih, rajin, takwa, punya cita-cita, rapi, bisa dipercaya, ramah, suka menolong, beriman, kerja keras, ikhlas, dan tawakal.

”Boleh ditanya kepada teman-temannya, karakter Asyam sama dengan butir-butir pribadi yang ditempel itu,” ungkap Sri.

Paman Asyam, Lilik Margono (51), menuturkan, Asyam merupakan sosok yang perhatian kepada teman-temannya. Saat kecil, misalnya, Asyam kerap membelikan makanan untuk teman-temannya. ”Makanya, saat Asyam meninggal, banyak temannya, termasuk yang dari Jawa Timur, melayat,” katanya.

Keluarga, kata Lilik, telah melaporkan meninggalnya Asyam ke Kepolisian Resor Karangnyar. Jenazah Asyam juga sudah diotopsi untuk diketahui penyebab kematiannya. Ada dugaan Asyam mengalami penganiayaan sebelum meninggal dunia. Apalagi, sebelum meninggal, Asyam sempat menyebut nama orang yang melakukan penganiayaan kepadanya.

”Kematian Asyam sangat berat bagi kami. Dan, kami membawa kasus ini ke jalur hukum karena tidak ingin ada korban lain,” tutur Lilik.

Meninggalnya Asyam juga meninggalkan kesedihan bagi teman dekatnya, Abyan Razaki (19), yang juga mengikuti acara ”The Great Camping”. Hingga Rabu (25/1), Abyan masih dirawat di Rumah Sakit Jogja International Hospital (RS JIH), Kabupaten Sleman, karena menderita bronkitis, infeksi ginjal, dan infeksi di bagian kaki.

Kakak Abyan, Raihan Aflah (20), menuturkan, saat mendengar Asyam meninggal dunia, adiknya bersikeras ingin datang untuk melayat. Padahal, saat itu Abyan masih menjalani perawatan, termasuk harus diinfus, di RS JIH.

”Sebenarnya pihak rumah sakit minta Abyan bed rest (istirahat di tempat tidur). Tetapi, karena Abyan bersikeras, akhirnya kami minta izin kepada pihak rumah sakit untuk melepas infus agar adik saya bisa melayat,” tuturnya.

Budi Setiawan (52), ayah Abyan, mengisahkan, Asyam sempat menginap di kamar kos Abyan sebelum berangkat ke acara ”The Great Camping”. Menurut Budi, Abyan dan Asyam telah menjalin persahabatan sejak SMA karena sama-sama bersekolah di SMA Kesatuan Bangsa.

Menurut Raihan, Abyan pernah mengatakan bahwa Asyam sebenarnya telah menyatakan mengundurkan diri di tengah-tengah acara ”The Great Camping”. Pengunduran diri itu justru membuat Asyam dipisahkan dari peserta lain. Apa yang dialami Asyam setelah itu belum diketahui secara pasti. Yang jelas, sehari setelah acara ”The Great Camping” selesai, pemuda berprestasi itu meninggal. Pupus sudah semua cita-citanya itu. (Haris Firdaus/Dimas waraditya Nugraha)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Januari 2017, di halaman 1 dengan judul "Pupus Sudah Cita-cita Asyam Kuliah di Oxford".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com