Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melestarikan Rumah Baghi Pasemah

Kompas.com - 21/01/2017, 16:02 WIB

Tim Redaksi

Meskipun begitu, jumlah rumah baghi terus berkurang. Sekitar 40 tahun lalu, ada sekitar 20 rumah baghi di Desa Bangke, tetapi kini tinggal 13 rumah. Banyak pemilik menjual rumah baghinya karena permintaan wisatawan dan pemerintah, serta menukarnya dengan bangunan modern. Alasan lain lantaran kondisi rumah yang sudah rusak karena pemilik tidak bisa merawatnya. Bahkan, beberapa rumah baghi ditinggalkan pemiliknya dan dibiarkan berdebu dan kayunya dibiarkan dimakan rayap.

Belum lagi keberadaan sejumlah jenis kayu yang sudah semakin berkurang dan sulit diperoleh, serta habisnya kemampuan pengukir karena tidak adanya regenerasi. "Kalau rumah ini tidak dijaga, dikhawatirkan keberadaan rumah baghi akan hilang," ujar Gunawan.

Pemerhati kebudayaan Pasemah, Mario Andramartik, mengatakan, saat ini keberadaan rumah baghi sangat jarang. Di Lahat hanya ada di tiga desa, itu pun jumlahnya tak lebih dari 13 unit. Rumah baghi juga terdapat di Kota Pagar Alam dan Kabupaten Muara Enim.

Mario berharap Pemerintah Kota Lahat segera mengajukan rumah ini sebagai bangunan cagar budaya. Tujuannya agar ada jaminan perlindungan pada bangunan yang hampir punah ini. "Selain dijaga oleh pemerintah, pemilik pun dapat dibantu untuk memelihara rumah baghi," ucapnya.

Langkah ini perlu dilakukan segera karena, jika tidak, dikhawatirkan rumah baghi akan hilang. "Jika rumah baghi hilang, tentu bagi generasi selanjutnya rumah Pasemah ini hanya tinggal kenangan," ujarnya.

Barlin mengatakan, menjaga kelestarian rumah baghi sama halnya tetap mengingat nenek moyang.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Januari 2017, di halaman 22 dengan judul "Melestarikan Rumah Baghi Pasemah".

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com