Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sucipto Adi, Menyulap Gang Gelap Menjadi Kampung Keripik

Kompas.com - 18/01/2017, 11:11 WIB

Tahun 2006, jumlah penjual keripik di kawasan tempat tinggal Sucipto bertambah menjadi sembilan orang. Saat itu, ia bersama para pengusaha keripik tersebut mendirikan kelompok usaha bersama yang diberi nama Telo-Rejeki. Nama itu dipilih karena ”telo” yang berarti ubi kayu/ singkong menjadi awal mula berkembangnya usaha keripik di kelurahan tersebut. Sucipto dipercaya menjadi ketua.

Dia pun aktif mengusulkan permohonan agar warga mendapat pembinaan tentang pengelolaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Dinas Koperasi dan Perdagangan Kota Bandar Lampung. Dari situ, penjual keripik mendapat pembinaan tentang cara produksi, pengemasan, promosi, dan pemasaran yang lebih baik.

”Saya ingin membuat kawasan ini dikenal sebagai sentra keripik sehingga pedagang tidak perlu lagi berkeliling untuk menjajakan keripik seperti yang saya lakukan 20 tahun lalu. Saya ingin membuat pasar untuk pedagang keripik,” ungkapnya.

Tahun 2008, kelompok yang dipimpin Sucipto menjalin kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara VII. Ada 12 warga baru yang sedang merintis usaha keripik dan mendapat pinjaman modal. Sebagai ketua, Sucipto bersedia menjadi penanggung jawab.

”Cicilan sempat macet di tengah jalan. Saat itu, saya talangi sementara karena saya tidak ingin membuat pemberi bantuan kecewa. Saya juga optimistis bahwa para pelaku usaha berupaya mempertahankan bisnisnya,” ujarnya.

Selain modal, masyarakat juga mendapat bantuan berupa gapura bertuliskan ”Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung”. Gapura yang dibangun di depan gang itu menjadi penanda yang mengukuhkan bahwa Kecamatan Kedaton menjadi sentra keripik.

”Sejak itu, antusias masyarakat untuk berbisnis keripik pisang semakin tinggi. Jumlah pengusaha keripik bertambah menjadi 32 orang. Semuanya bergabung dengan kelompok usaha bersama,” katanya.

Tumbuhnya UMKM keripik pisang mampu menjadi penggerak perekonomian warga setempat dan membantu mengurangi jumlah pengangguran. Saat ini, ada sekitar 200 orang yang bekerja sebagai karyawan di 48 kios di sentra keripik tersebut.

Perluas pasar

Untuk memperluas pasar, Sucipto juga rajin membawa produk keripik pisang ke pameran di dalam negeri dan di luar negeri. Agar tidak menimbulkan rasa iri antarsesama pedagang keripik, mereka mendapat giliran saat ada undangan pameran.

Saat ada kunjungan dari wisatawan atau kelompok study tour, Sucipto pun mengatur agar setiap kios dikunjungi wisatawan. Dengan demikian, setiap pedagang mendapat kesempatan yang sama untuk promosi.

Saat ditanya mengapa gigih menghidupkan ekonomi kerakyatan, sembari tersenyum Sucipto menjawab, ”Saya yakin, sektor UMKM dapat bertahan saat kondisi perekonomian bangsa dilanda krisis. Tidak ada orang yang akan kena PHK. Itu sudah kami buktikan di tahun 1998.”

Sucipto Adi
Lahir: Malang, Jawa Timur, 25 Oktober 1966
Istri: Sri Lestari
Anak:  Ariyadi Prasetyo, Dina Cindi Pangestu
Pendidikan:
    SD Sumberejo 3, Malang
    SMPN Bantur, Malang
    SMA Gaya Baru, Malang

Organisasi: Ketua Kelompok Usaha Bersama Telo-Rejeki

Penghargaan:
    Ovop Bintang 3 dari Kementerian Perindustrian tahun 2013
    Ovop Bintang 3 dari Kementerian Perindustrian tahun 2015
    Sidakarya dari Dinas Ketenagakerjaan Lampung tahun 2012

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Januari 2017, di halaman 16 dengan judul "Menyulap Gang Gelap Menjadi Kampung Keripik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com