Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Duo Blangkon Melawan Narkoba

Kompas.com - 17/01/2017, 10:17 WIB
Megandika Wicaksono

Penulis

Agus Widanarko dan Hilarius Mukti Catur Nugroho, "Duo Blangkon Melawan Narkoba" (Kompas, 13 Desember 2016),  terpilih sebagai Sosok Bulan Desember 2016 berdasarkan suara pembaca. Dengan total nilai 172, keduanya mengungguli 22 sosok lainnya. Simak kiprah Dua Blangkon ini dalam ikut memerangi narkoba. 

AGUS Widanarko dan Hilarius Mukti Catur Nugroho pernah hidup di lingkungan para pemadat narkoba di Jawa Tengah. Kini, keduanya insaf dan memilih berdiri di barisan terdepan untuk berkampanye melawan narkotika dan obat berbahaya itu.

Terik mentari tidak menyurutkan semangat ratusan anak SMP untuk ikut bernyanyi lagu pop di halaman sebuah sekolah. Suara merdu Agus Widanarko alias Danar (36) dan petikan gitar Hilarius Mukti alias Tatung (38) menyita perhatian.

Mengenakan blangkon, penutup kepala khas Surakarta, Jawa Tengah, keduanya menyisipkan pesan tentang bahaya narkoba dengan musik dan bahasa anak muda yang sederhana.

Kamis (1/12) pagi hingga siang itu, Danar asal Sukoharjo dan Tatung asal Surakarta—yang tergabung dalam Duo Blangkon—memberi penyuluhan kepada ratusan pelajar SMP di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Penyuluhan diberikan kepada 400 siswa-siswi SMP Yayasan Jami Annur dan 650 pelajar SMP Katolik Santo Paulus secara terpisah.

Lagu ”Kesempurnaan Cinta” ciptaan Rizky Febian menjadi pembuka penyuluhan. Sebagian besar pelajar mendekat ke tengah lapangan, ikut bernyanyi dan melambaikan tangan.

Seusai menyanyikan lagu, Danar langsung mengenalkan diri sekaligus mengisahkan perjalanan hidupnya.

Dulu, pada 2004, Danar menjadi event organizer dan bergabung dalam tim manajemen sejumlah artis yang sering manggung di diskotek-diskotek di Solo, Yogyakarta, hingga Jakarta. Selain mengenal musik, ia juga mulai mengenal minuman keras, perempuan, dan narkoba.

Saat itu, ia masih berstatus mahasiswa sekaligus manajer acara sejumlah diskotek. Ia hanya berpikir bagaimana mendapat uang sebanyak-banyaknya.

”Dulu jarang ada razia dan bebas sekali di diskotek. Barang siapa ingin pesta pora dan menikmati hal duniawi, ya, ikutlah di acara saya,” katanya.

Dari pekerjaan itu, Danar bisa mendapatkan uang minimal Rp 300.000 setiap malam. Jika ditambah uang tip dari para penari, bos diskotek, serta band yang diundang, dia bisa mendapatkan uang Rp 500.000 sampai Rp 1 juta.

Seiring berjalannya waktu, satu per satu kenalan baiknya, mulai dari para pemain band hingga rekan tim manajemennya, mulai terjerumus narkoba. Salah satunya adalah Tatung, pemain gitar di band diskotek.

Danar sendiri masih belum tergoda untuk mencoba narkoba meski hidup di antara pencandu.
Melihat kawan-kawannya mulai sakit, masuk rumah sakit jiwa, bahkan meninggal karena narkoba, Danar merenung.

”Mereka semua kenal narkoba dari acara yang saya kelola. Saya merasa bersalah. Walaupun saya tidak memakai atau menjual narkoba, saya sponsornya. Berarti saya yang menyiapkan tempat bertemunya penjual dan pembeli,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com